Relawan Dimasa Pandemik, Kesabaran Jadi Kunci Merawat Pasien Covid-19

  • Whatsapp
ILustrasi

RELAWAN, Relawan Covid-19 dibentuk  pada awal bulan Maret 2020 dan ini berbeda dengan relawan pada umumnya. Dimana Relawan Covid-19 ini dalam menjalankan tugas kemanusiaannya  tanpa harus berkumpul yang mana berpotensi menimbulkan kerumunan dan dapat menyebarkan penularan wabah virus covid-19.

Bencana Pandemik terjadi di seluruh dunia, yang penularannya melalui interaksi manusia menjadi tantangan dari pada relawan  Covid-19.

Ribuan tenaga Relawan yang diangkat oleh  Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 selama masa Pandemik tugasnya  adalah membantu para medis dan tugas lainnya yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.

Banyak dari dokter dan perawat yang gugur saat pandemic  karena kelelahan, bahkan tertular virus saat menangani pasien covid-19.

Kalah tenaga medis menjadi kewalahan menangani pasien covid-19 muncul tenaga Relawan yang tampil  menjadi garda pelindung.

Tidak hanya sebagai relawan medis, yang berfokus kepada penanganan Covid-19 yang di fasilitas layanan kesehatan. Tetapi  Relawan non medis juga diharuskan hadir ke tengah masyarakat untuk sosialisasi pencegahan penularan Covid-19 serta membantu pendistribusian bantuan kepada warga yang laksanakan isolasi.

Mantan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen (Purn)TNI Doni Monardo dalam beberapa kesempatan menyampaikan rasa bangganya dan mengapresiasi para Relawan Covid-19 yang telah berjuang dalam memutus mata rantai pandemic dan berharap semoga, apa yang telah dikerjakan kemarin-kemarin, saat ini, dan yang akan datang membuat bangsa kita kian kokoh, kuat, dan tangguh.

Relawab medis yang terdiri dari dokter, perawat, tenaga laboratorium, farmasi dan juga kesehatan masyarakat membantu proses tracing atau upaya untuk mencari orang yang terpapar COVID-19,” jelas

Sedangkan Relawan non medis secara umum bekerja di tengah masyarakat yang sekaligus menjadi lingkungan para relawan sendiri dan memastikan, ketahanan kesehatan dan aktivitas sosial ekonomi tetap berjalan dengan produktif dan aman.

Sundarwati yang  akrab disapa Wati lulusan salah satu Universitas di Maluku Utara (Malut) jurusan Pendidikan Sosialogi yang menjadi relawan dari sejak Juli 2020 di Propinsi Maluku UUtara.  Dalam tugasnya, Wati menjadi relawan pendamping di Hotel  Amara Bella di Ternate dituntut untuk berinteraksi langsung dan terlibat dalam perawatan pasien covid-19.

“Punya rasa takut terpapar, pasti ada. Tapi dengan tetap mengikuti bimbingan dan standar perawatan pasien  covid-19 (SPPC), Alhamdulillah sampai hari ini masih sehat,” jelasnya, Senin, 29 Juni 2021.

Wati mengaku buta tentang keperawatan, terlebih soal merawat pasien covid-19. Lantaran bukan lulusan ilmu kesehatan maupun perawat. Tapi, relawan secara rutin dibekali bimbingan oleh mentor yang merupakan tenaga medis.

Dari situ ia mengaku mulai banyak belajar tentang perawatan medis. Mulai dari melakukan pengukuran saturasi, manis-manisnya obat, dan kebutuhan gizi para pasien.

Lain Pula Rahmad Relawan yang bertugas di RSUD Chasan Boesori Ternate, tidak kenal hari Libur apa lagi hari lebaran. Dia tetap bekerja yang tugasnya. Setiap hari, Rahmad merawat pasien Covid-19 yang berada di ruang isolasi. Ia bertugas memberikan obat dan mengedukasi pasien tentang penyakit agar pasien tidak cemas.

Kata Rahmad “saya berharap agar Pandemik ini bisa cepat selesai agar kami bisa kembali ke keluarga seperti sedia kala” ranya bukan hanya Rahmad tapi kita semua berharap demikian.

“Harapan itu penting karena itu akan membuat hari ini lebih mudah untuk dijalani. Jika kita percaya bahwa hari esok akan lebih baik, kita dapat menguasai hari ini”

Mari kita tetap menjaga Kesehatan dengan melaksanakan Protokol kesehatan (Prokes) secara ketat  agar Pandemik ini cepat tertangani dan kita semua kembali hidup Normal. “Jaga Kesehatan karena Kesehatan mahal harganya dan kesehatan adalah hubungan antara anda dan tubuh anda”.(rdy)

Pakai Masker Harga Mati, Tidak Pakai Masker Bisa MATI

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait