Tuding Ibas, Irwan: Pendukung Jokowi Jangan ABS dan Tinggalkan Sejarah

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat, Irwan Facho angkat bicara ihwal pernyataan sejumlah menteri anggota Kabinet Indonesia Maju (KIM) pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan politisi pendukung Pemerintah berkuasa saat ini yang menyindir Ketua Fraksi Partai Demokrat (PD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

Anggota Komisi V DPR RI menyebutkan, pernyataan sejumlah pembantu dan pendukung Jokowi itu memperlihatkan mereka tidak atau kurang menerapkan budaya literasi dan tabayyun terhadap suatu informasi.

“Dari penyertaan yang menyerang Ibas tampak jelas mereka kurang budaya literasi dan tabayyun sehingga pernyataan itu menjadi liar dan menggelitik akal sehat,” kata Irwan.

Soalnya, lanjut wakil rakyat dari Dapil Provinsi Kalimantan Timur ini, pidato Ketua Fraksi Partai Demokrat ini tidak menyerang siapapun apalagi secara personal, harusnya mereka bisa baca konteks pidato secara utuh,” tegas Irwan dalam keterangan tertulis yang diterima awak media akhir pekan ini.

Karena itu, Irwan mengingatkan para pendukung Jokowi agar dalam setiap menanggapi suatu informasi, tidak hanya di respon secara agresif dan bersikap asal pimpinan senang saja alias Asal Bapak Senang (ABS) atau asal bunyi, tanpa mencermati konteksnya secara utuh.

“Menurut saya, yang mereka kemukakan itu adalah respon terburu-buru tanpa budaya literasi yang kuat terhadap rekam sejarah perekonomian Indonesia. Dan, juga sebuah sikap yang asal pimpinan (bapak) senang (ABS) saja tanpa bisa melihat secara jujur konteks dari yang disampaikan Mas Ibas,” ujar legislator muda ini.

Karena itu, kata Irwan, sebagai anak bangsa tidak patriot kalau kita mencoba meninggalkan sejarah, apalagi mencoba menyalahkan sejarah yang ada. “Apa yang disampaikan Mas Ibas adalah fakta sejarah bahwa bersama bapak SBY 10 tahun ekonomi Indonesia saat itu meroket, APBN kita meningkat, utang dan defisit kita terjaga.”

Jadi, kalaupun ekonomi hari ini minus 5,32 persen, itu pun bagian dari fakta sejarah perekonomian Indonesia nantinya ke depan. “Semoga saja pemerintah bisa menyelamatkannya agar rakyat dan negara bisa bangkit,” jelas Irwan.

Seperti diberitakan, Kamis (6/8), Fraksi Demokrat yang dipimpin Ibas menggelar silaturahmi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Komplek Parlemen, Jakarta. Dalam acara itu, Ibas selaku tuan rumah menyampaikan pidato politik di hadapan peserta yang hadir.

Banyak poin yang disampaikan Ibas. Pertama, dia menyinggung soal tantangan berat yang dihadapi Indonesia saat ini. Mulai dari pandemi Covid-19, ekonomi, pembangunan, kesejahteraan, penegakan hukum, demokrasi, dan hak-hak sipil.

Ditambah lagi, pembahasan regulasi yang belum rampung seperti RUU HIP atau yang sekarang diubah menjadi BPIP dan RUU Cipta Kerja, isu-isu RUU Pemilu serta RUU Pilkada.

Kata Ibas, isu-isu itu menarik untuk dicermati ke depan. “Rakyat perlu kepastian, kepercayaan dan keyakinan. Rakyat perlu bukti, bukan janji,” kata Ibas.

Soal tantangan, lanjut Ibas, Indonesia sudah pernah melewatinya. Saat era Presiden SBY, ekonomi Indonesia meroket. “APBN meningkat, utang dan defisit terjaga, pendapatan rakyat naik dan lain-lain yang too few too mention, termasuk tentang persentase kemiskinan dan pengangguran yang menurun,” ujar Ibas.

Meski kini berada di luar pemerintahan, lanjut Ibas, Demokrat tetap hadir  memberikan koreksi, kritik dan solusi. “Supaya negara tidak jatuh ke jurang,” imbuh dia.

Kendati demikian, Ibas mengatakan Demokrat saat ini tidak dalam posisi menyalahkan pihak manapun. Ia juga sepakat, di masa krisis ini seluruh pihak harus bergotong royong dan bersinergi. 

Namun, Ibas berharap, Demokrat tetap cerdas dan tepat dalam berpikir. “Ketika benar kita katakan benar, ketika tidak kita katakan tidak. Biar ruang demokrasi ini tetap terjaga, jadikanlah Partai Demokrat tetap hadir agar demokrasi kita lebih berwarna dan terjaga,” demikian Edhie Baskoro Yudhoyono. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait