Vladimir Putin Kunjungi Indonesia, Pakar UNAIR Sarankan Indonesia Harus Objektif

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Pakar Ilmu Hubungan Internasional I Gede Wahyu Wicaksana, SIP MSi PhD mengatakan kebijakan Indonesia harus bersikap objektif, termasuk menyatakan sikap terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina.

Menurutnya, dalam penyelenggaraan G20 pemerintah Indonesia sudah semestinya melihat hal apa yang menjadi kebutuhan bangsa Indonesia untuk saat itu.

“Kalau Indonesia memang mempunyai kepentingan dengan Rusia, jelas kita harus menyambut kedatangan Putin sebagai salah satu pemimpin G20,” ujar Wahyu.

Sebelumnya, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) 2022 dijadwalkan akan dimulai Oktober mendatang. Kendati demikian sejak 22 Februari lalu, Indonesia yang saat ini menjadi presidensi dari G20 telah mengirimkan undangan kepada semua negara yang tergabung dalam G20 termasuk Rusia.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, melalui kedutaan besar Rusia untuk Indonesia menyatakan dirinya dipastikan hadir pada KTT G20 di Bali. Sontak pernyataan tersebut menuai respon dari berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

AS dan sekutunya meminta Indonesia menolak kedatangan Rusia pada KTT G20. Permintaan tersebut merupakan buntut dari konflik Rusia yang belum juga menyudahi invasi ke Ukraina hingga saat ini.

Untuk diketahui, G20 Merupakan forum internasional yang berfokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia. Pada G20 2022, Indonesia mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Terdapat tiga sektor prioritas yang dinilai menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, Yakni Penguatan arsitektur kesehatan global, Transformasi digital dan Transisi energi.

Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif

Wahyu Wicaksana PhD yang juga dosen departemen hubungan internasional Universitas Airlangga (UNAIR) berpendapat, jika mayoritas masyarakat Indonesia menganggap arti bebas aktif itu adalah non blok. Padahal anggapan tersebut menurutnya mengandung kekeliruan.

“Politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Bebas artinya independen dalam menentukan sikap, tidak didikte oleh kekuatan manapun terutama pihak asing. Aktif artinya Indonesia harus sergap dalam memperjuangkan kepentingan bangsa bukan yang lain. Selama ini keliru, bebas aktif berarti non blok,” ucapnya.

Ia menegaskan, dikarenakan sikap politik Indonesia bebas aktif, maka tidak ada kewajiban bagi pemerintah Indonesia dalam merespon media asing yang menolak kedatangan presiden Rusia pada KTT G20 mendatang.

Kekuatan Rusia

Rusia merupakan negara penghasil tambang yang esensial dibutuhkan bagi kehidupan di dunia. Hal itu lah yang menjadi perhatian banyak pihak ketika Rusia menginvasi Ukraina, termasuk Eropa dan Amerika.

“Ini Rusia menyerang Ukraina yang takut siapa, Rusia atau dunia yang takut. Kan dunia,” sambung Wahyu Wicaksana PhD.

Ia menjelaskan, jika selama ini komoditas pertambangan, seperti halnya gas alam sangat dibutuhkan negara lain. Rusia mampu memasok 40 persen persediaan gas alamnya untuk Eropa.

Lanjut Wahyu, jika gas alam Rusia tidak lagi dijual ke Eropa maka akan diJual ke China. Hal itu tentu akan membuat khawatir Amerika karena posisinya sebagai negara dengan perekonomian nomor satu akan tergeser.

“Kalau China menguasai minyak dan gas dari Rusia, bayangkan betapa China akan menjadi negara nomor satu di dunia,” pungkasnya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait