Elias Pakage: Ini Peluru Tajam Kaliber Pin 5,56 Bos, Bukan Peluru karet!

  • Whatsapp

JAYAPURA, Berita lima.com – Pernyataan Kepolisian Daerah Papua, melalui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) yang menyebutkan oknum polisi dan Brimob hanya menembakkan peluru karet pada insiden Deiyai, Selasa (1/8/2017), yang dilansir beberapa media massa lokal dan nasional ditanggapi dengan emosional oleh keluarga korban penembakan, Elias Pakage.

“Ini peluru kaliber PIN 5,56. Bukan peluru karet. Jangan karang-karang bahasa. Itu peluru tajam. Ini buktinya ada,” jelas Elias Pakage, salah satu keluarga korban ketika ditanya di ruang UGD RSUD Deiyai, baru-baru ini.

Elias yang mengaku sebagai mantan tentara itu menunjukkan bukti selongsong peluru yang dikumpulkan warga. Lanjutnya, jika di kemudian hari ia diminta menunjukkan bukti tersebut, ia siap.

Peluru tajam kaliber PIN 5,56 dibuat oleh PT. Pindad Indonesia. Peluru jenis ini tergolong jenis sedang. Dikenal juga dengan sebutan peluru 5.56 NATO dan biasa digunakan sebagai amunisi senjata SS1, sebagaimana diberitakan oleh Tabloid Jubi.

Keluarga Yunior Pakage yang saat ini kritis dan dibawa ke RSUD Nabire meminta kepada pimpinan Polri agar jangan mengada-ada dengan mengeluarkan pernyataan yang tidak mendasar.

“Saya minta jangan karena punya mulut asal bicara tanpa melihat bukti. Itu tidak boleh. Ini benar-benar peluru tajam. Harus jaga nama baik institusi. Jika salah, katakan salah,” katanya.

Ia menyebut nama Kabidhumas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Kamal yang menurutnya ditipu oleh anak buahnya sendiri.

“Seharusnya Kabid Humas Polda Papua melihat bukti atau persoalan secara jelas baru bicara di media massa. Ia ditipu oleh anak buahnya di lapangan (TKP),” katanya.

Pernyataan Elias Pakage ini dibenarkan oleh Dokter Selvius Ukago, kepala UGD RSUD Deiyai. Dokter Ukago mengakui bahwa, dirinya telah melihat bukti yang dibawa oleh masyarakat ketika korban diantarkan.

“Peluru yang ada dalam tubuh korban saya belum lihat karena belum operasi. Tapi, saya lihat bukti peluru yang dibawa datang oleh masyarakat yakni kaliber PIN 5,56,” ungkapnya.

Tak hanya menyebutkan peluru yang digunakan adalah peluru karet, Kabid Humas Polda Papua ini mengatakan tidak ada korban yang tewas pada insiden tersebut. Kenyataannya, salah satu korban tewas karena luka tembak sebelum sempat mendapatkan perawatan medis.

Kapolda Papua, Inspektur Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengakui dalam bertugas anggota Polri dibekali dua jenis peluru yakni peluru karet dan tajam.

Hal itu dikatakan Boy Rafli usai gelar pasukan di lapangan Barnabas Youwe, Kabupaten Jayapura, Jumat (4/8/2017).

“Senjata aparat itu sudah disita. Mengenai peluru tajam, petugas itu punya dua peluru, peluru karet dan peluru tajam. Yang terpenting, legalitas penggunaannya. Sah atau tidak. Dapat dipertanggungjawabkan atau tidak,” katanya kepada wartawan usai gelar pasukan di lapangan Barnabas Youwe, Kabupaten Jayapura, Jumat (4/8/2017).

Korban dievakuasi ke Nabire
Empat orang yang kritis akibat kena tembakan peluru tajam oleh polisi dari Kepolisian Sektor (Polsek) Tigi dan Brimob setempat dirujuk ke RSUD Nabire. Keempatnya dirujuk ke Nabire karena pihak RSUD Deiyai kekurangan alat dan tenaga dokter yang menangani.

“Jumlah pasien yang masuk di sini ada delapan orang. Satu orang yaitu Yulianus Pigai (sebelumnya disenutkan Marius Pigai) sudah meninggal setelah tiba di RSUD 10 menit. Tiga lagi kritis jadi kita rujuk ke RSUD Nabire. Delianus Pekei (30), Yohanes Pekei (35) dan Yunior Pakage (*)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *