Hindari Kecelakaan, Maskapai Penerbangan Harus Hindari Praktik Usaha Tidak Sehat

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Jatuhnya pesawat Boing 737 mix 800 dari maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 di perairan Teluk Jakarta akhir bulan lalu harus menjadi perhatian semua pihak.

Soalnya, saat ini jumlah masyarakat yang menggunakan jasa penerbangan dalam transportasi sangat tinggi sehingga ke depan musibah serupa tidak lagi terulang.

Peringatan tersebut disampaikan Wakil Ketua Komite II DPD RI Charles Simaremare dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Ketua Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, Direktur Navigasi Penerbangan Elfi Amir dan Presiden Direktur Lion Group Edward Sirait di Ruang Rapat Komite II DPD RI, Senin (26/11).

Dikatakan, Indonesia negara kepulauan yang disatukan wilayah perairan dan udara. Karena itu, dibutuhkan penyelenggaraan penerbangan sebagai bagian dari sistem transportasi yang melayani masyarakat dengan tertib, teratur, aman, nyaman, dengan harga yang wajar.

Untuk itu, harus dihindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat. Apalagi, industri penerbangan beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat tajam.

Dimana sektor perhubungan udara mengalami pertumbuhan 17,99 persen selama 2014-2017 dengan jumlah penumpang dari 72 juta di 2014 menjadi 109 juta di tahun 2017.

Charles menganggap, perkembangan itu tidak disertai dengan peningkatan jaminan keselamatan dan keamanan. “Ini tercermin dari fakta dalam empat tahun terakhir setidaknya telah terjadi 3 musibah penerbangan yang menelan korban jiwa. Terakhir jatuhnya pesawat dari maskapai Lion Air JT-610.”

Dalam RDP yang membahas insiden JT-610 itu, Senator asal Sumatera Barat, Emma Yohana meminta agar pihak terkait terbuka atas informasi mengenai penyebab jatuhnya JT-610.

Masyarakat, terutama keluarga korban JT-610 saat ini masih belum mendapat jawaban yang pasti atas penyebab insiden jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 dengan rute Jakarta ke Pangkal Pinang tersebut.

Emma juga meminta agar Lion Air dapat selalu memberikan pendampingan kepada keluarga korban, yang dianggap masih merasakan duka atas insiden tersebut.

“Awalnya tidak ada informasi dari Lion, justru mereka mengapresiasi Basarnas. Setelah ribut-ribut, baru Lion Air menghubungi keluarga. Padahal keluarga saat itu membutuhkan pendampingan. Harus ada komunikasi yang baik dengan keluarga korban,” kata Emma.

Terkait keselamatan penerbangan, Senator dari Provinsi Kepulauan Riau, Haripinto Tanuwidjaja minta harus ada Standar Operating Procedure (SOP) yang harus dilaksanakan setiap maskapai seperti pelatihan pilot, teknisi, dan kru yang terlibat dalam sebuah penerbangan.

Apa pilot, teknisi sudah mendapatkan pelatihan dan dikontrol Kementerian Perhubungan dan KNKT? Apa standar operasional pesawat sudah dilakukan semuanya.

“Ini yang menjadi pertanyaan bagi masyarakat, agar masyarakat punya ketenangan atas keamananan yang dijamin maskapai penerbangan,” ucap Haripinto Tanuwidjaja. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *