Kekurangan Air Bersih, Warga Botolinggo Bondowoso Tadah Air Hujan untuk Minum

  • Whatsapp

BONDOWOSO, beritalima.com – Setiap musim kemarau tiba, Desa Botolinggo Bondowoso selalu mengalami kekeringan. Desa yang terletak di dataran tinggi tersebut merupakan daerah tadah hujan.

Seperti saat ini, akibat kemarau panjang warga di Desa Botolinggo sangat kekurangan air bersih. Baik untuk mandi maupun konsumsi.

Bacaan Lainnya

Total ada empat dusun yang paling terdampak kekeringan di Desa Botolinggo. Yakni dusun Cemper, Kedawung Timur, Kedawung Tengah dan Kedawung Barat. Bahkan warga harus minum air hujan.

Air tersebut sengaja ditampung saat musim hujan oleh warga, untuk digunakan saat musim kemarau tiba. Baik untuk mandi, masak dan minum. Air hujan tersebut disimpan di dalam tandon, maupun kolam penampungan yang dibuat warga di rumah masing-masing.

Salah seorang warga Dusun Cemper RT 30 RW 11, Andrianto mengatakan, kemarau rata-rata sampai 7-9 bulan. Otomatis, sangat kekurangan air bersih.

“Apalagi di sumber mata air yang ada, sangat terbatas. Jadi warga gantian ambil ke sumber tersebut, itu pun sangat minim,” katanya.

Bahkan kata dia, warga terpaksa minum air hujan yang ditampung beberapa bulan lalu. “Kalau untuk diminum gak dimasak, langsung dikonsumsi,” ungkapnya.

Menurutnya, kekeringan yang dialami warga Desa Botolinggo, juga memutus sumber pendapatan utama mereka, yakni bertani.

Hal itu dikarenakan, warga hanya mampu melakukan satu kali tanam dalam setahun. Ketika saat musim hujan saja. Kalau pun mencoba menanam dua kali, rata-rata gagal panen.

“Di sini tanamnya hanya jagung, singkong, dan kacang tanah. Saat hujan warga menanam. Empat bulan panen. Tanam lagi untuk kemarau, tapi dapat tiga bulan mati. Ya gagal panen,” imbuhnya.

Menurutnya, saat musim kemarau, lahan warga tak bisa ditanami. Kebanyakan warga, hanya mencari rumput dan menjadi buruh tani dan bangunan di desa lain. “Kalau kemarau gak ada kerjaan, hanya mencari rumput,” jelasnya.

Salah seorang warga lain, Wulan mengatakan bahwa warga setiap hari menaruh dirigen di pinggir jalan, menunggu pengiriman air dari BPBD.”Kadang pukul 10.00, kadang pukul 12.00 WIB tiba. Kadang dua tangki, kadang satu. Kalau sudah lewat pukul segitu (12.00), tidak ada,” jelasnya.

Sementara Kepala Desa Botolinggo, Santoso mengatakan, sejauh ini, warga hanya bisa mengandalkan suplai air dari BPBD setempat. Dari total 16 dusun, ada empat dusun yang sangat kekeringan. “Dusun Cemper terdiri satu RT. Ada 30 KK lebih. Belum di dusun lainnya,” katanya.

Menurutnya, jika tidak ada bantuan, warga mencari ke sumber air. Warga harus mengantre, karena debitnya kecil. “Kalau warga menunggu (antre), ya harus sampai tidur di sumber mata air itu,” paparnya.

Ia tak mengingkari, bahwa warga membuat tandon air untuk menampung air hujan dan dikonsumsi selama musim kemarau.

“Ada yang sampai ke musim hujan lagi (persediaannya). Ada yang pertengahan kemarau, sudah habis,” paparnya.

Untuk bantuan dari BPBD Bondowoso sendiri, lanjut dia, dalam seminggu dua hari. Itu pun hanya cukup untuk beberapa hari. Setiap warga kebagian tiga dirigen, isi 30 liter.

“Saya berharap, kekeringan dan kekurangan air bersih di Desa Botolinggo Bondowoso bisa segera diatasi,” harapnya. (*/Rois)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait