Kisah “Kartini” Tuna Netra Pemilah Barang Bekas Berjuang Demi Ibunya Yang Lumpuh

  • Whatsapp

SITUBONDO,Beritalima.com – Mak Rara (32) penyandang Tuna Netra merupakan salah satu dari puluhan Perempuan kurang mampu warga dusun Kotakan Utara Desa kotakan, Kabupaten Situbondo yang sangat gigih dalam mencari nafkah untuk keluarganya walau penghasilannya sangat minim.

“Tidak ada yang bisa kerjakan selain dengan memilah barang rosokan apalagi dengan kondisi saya yang tidak bisa melihat. kami hidup bertiga. ibu saya sudah lumpuh sementara saudara saya juga fisiknya tidak sempurna. inilah hidup semua kami jalani apa adanya dengan keterbatasan kami,”Kata Mak Rara. Sabtu (21/04)

Mak Rara juga mengaku pekerjaan yang dijalaninya hanyalah memilah botol minuman bekas dengan Harga Rp 1.500 – Rp 2.000 per kilonya. dengan kondisinya yang tuna netra dirinya hanya mampu menyelesaikan sekitar 2 Kilogram saja setiap hari.

“Dalam seminggu saya hanya mendapat bayaran Rp 25 ribu, kalau kakak saya bisa sekitar Rp 35 ribu dalam seminggu itupun jika pengepul rajin mengantarkan barang rosokan ke rumah. terkadang pengepul juga kesulitan dana dan sering tidak ada barang yang bisa kami kerjakan,”Ujarnya.

Menurut Mak Rara, dirinya tidak mau jika harus pergi bekerja di luar rumah walau banyak juragan rosokan yang mengajak. karena kondisi sang ibulah yang selalu menjadi beban pikirannya,” Ibu saya sudah tidak apa – apa di rumah, beliau sudah lumpuh total. walau pun ada juragan yang nawari milah rosokan meski harganya sedikit lebih tinggi, kami tetap tidak mau karena kepikiran sama Ibu,”papar Mak Rara yang masih mengenakan Mukena dan tak pernah meninggalkan sholat lima waktu.

Rupanya apa yang di alami Mak Rara tak jauh berbeda dengan apa yang dialami ibu rumah tangga didusun Kotakan Utara. seperti beberapa orang ibu rumah tangga dan lansia yang ditemui Beritalima.com. kebanyakan dari mereka bekerja memilah di gudang milik Indraiman Wahyudi yang juga penyandang disabilitas. kepada Beritalima.com mereka mengaku mendapatkan penghasilan paling besar Rp 50 ribu dalam seminggu.

“Tidak ada pekerjaan lain yang bisa kami kerjakan inilah satu – satunya sumber nafkah kami. jika juragan tidak kulakan ya kami tidak bekerja,”Tukas Tukas Nenek Asun (65).

Perjuangan Mak Rara merupakan contoh sosok perempuan dalam kerasnya kehidupan dimana dirinya yang tak pernah melihat terangnya dunia namun tak pernah mengeluh untuk menerangi keluarganya dan tetap berbakti terhadap sang ibu. sehingga tak berlebihan rasanya jika Mak Rara tuna netra berjuang layak RA Kartini yang berhasil membawa Bangsa ini dari gelap hingga terbitlah terang dan diperingati setiap 21 April. (Joe)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *