Listrik Padam, DPR Kecewa dan Heran Tidak Ada Yang Bisa Diminta Keterangan

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VII DPR RI, M Kurtubi dan pimpinan Komisi VI DPR RI, Dito Ganinduto sama-sama penasaran dengan kejadian padamnya aliran listrik di Jabodetabek dan sebagian di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Minggu (4/8).

“Sebenarnya kita ingin mengetahui penyebab utamanya itu apa, apakah faktor alam atau ada kelengahan bahkan mungkin ada kesengajaan, ini kita sampai saat ini belum tahu secara pasti,” kata Kurtubi dalam diskusi di media center DPR kompleks parlemen Senayan Jakarta, Selasa (6/8).

Memang kata Kurtubi, yang di dengarnya sementara ini penyebab utama matinya aliran listrik itu adalah sistem transmisi sutet yang ada di Ungaran tidak berfungsi dan merembet kemana-mana. Sehingga terjadilah pemadaman yang tidak bisa dihindari.

Atas penyelidikan yang tengah dilakukan pihak PLN, politisi NasDem itu berharap investigasi internal bisa berjalan dengan mengungkap apa sebab sebab terjadinya aliran listrik padam.

“Sebab ada logika yang kurang nyambung, sebelumnya diberitakan PLTU di Suralaya bermasalah, PLTG di Cilegon juga bermasalah pada saat yang bersamaan, sekalipun ini kemudian diralat sama pihak PLN, tetapi faktanya terjadi pemadaman yang luar biasa,” kata dia.

Komisi VII DPR yang membidangi energi, kata Kurtubi, akan bertemu dengan Plt Dirut PLN Sripeni Intan Cahyani, dirinya berharap mudah-mudahan nanti ada penjelasan dari yang bersangkutan. “Sekalipun rapat tidak resmi, ada penjelasan yang lebih konkrit lagi apa sebabnya, sebab ini akan mempengaruhi nantinya.”

Soal ganti rugi atau kompensasi seperti yang dituntut masyarakat, Kurtubi menyatakan, masalah itu sudah diatur UU. Rakyat sebagai pihak yang dirugikan karena pemadaman itu berhak mengajukan tuntutan, secara kelompok misalnya lewat YLKI. “Kita dengar juga pihak direksi PLN sudah berkomitmen untuk memberikan kompensasi, mungkin nanti besarannya yang perlu ada kesesuaian dari kedua belah pihak.”

DPR, kata Qartubi mempersilahkan dan mendukung upaya masyarakat menuntut ganti rugi karena dirugikan dan sekaligus merupakan pelajaran buat PLN. “Saya sampai sekarang masih kurang menerima begitu terjadinya kegagalan fungsi dari pada sutet yang ada di Ungaran itu, konon katanya terkait karena ada pohon sengon,” kata dia.

Kasus padamnya aliran listrik ini, tambah Kurtubi juga karena proyek-proyek PLTU yang besar-besar, dan itu sebagian besar adanya di Jawa Tengah, Jawa Timur, yang sudah ada ditingkatkan kapasitasnya, Paiton ditingkatkan kapasitasnya, banyak lagi, yang alur pikirnya, kelebihan supply dari timur ini di transfer, dikirim ke Barat termasuk ke Jakarta ini.

“Itu oke-oke saja, karena sistem Jawa, Madura, Bali ini terintegrasi, oke saja itu bagus, tetapi harus dibarengi dengan infrastruktur transmisi yang kuat, sutetnya yang kuat untuk bisa mengirim strum dalam jumlah dan voltase kapasitas yang besar dikirim ke barat dan harus ada contingency plant mustinya sutet-sutet yang ada hanya baru dua, yang utara dan selatan. Kemudian, yang Utara bermasalah pindah ke selatan, kemudin tak mampu bermasalah juga. Akhirnya putus total, itu yang terjadi,” kata dia.

Pada kesempatan serupa, Dito Ganinduto mengatakan, dirinya kecewa kejadian blackout listrik sampai delapan jam. Bahkan beberapa daerah belum hidup. “Saya dari Komisi VI sangat kecewa, prihatin dan kaget. Kok bisa terjadi blackout di ibukota, Banten, Bekasi yang merupakan centran negara kita sampai delapan jam,”” kata dia.

Menurut Dito, saya tadinya ada di Dapil kerena reses. Namun, peristiwa ini membuat saya lansung ke Jakarta. “Sebagai pimpinan Komisi VI, saya minta Sekretariat Komisi menghubungi Kementerian BUMN untuk mendapatkan informasi. Sayangnya, Ibu Rini sedang melakukan ibadah haji.”

Saya, kata Dito, juga tanya Sesmen. Beliau juga ikut. “Saya tanya Deputi membidangi PLN, beliau sedang berada Amerika. Saya tanya pak Hari yang bidangnya hampir sama dengan PLN ini juga sedang ibadah haji. Yang saya heran, kenapa sih kok paradigmanya nggak berubah sekarang, bosnya pergi deputi ikut-ikut. Kan harusnya diatur. Sekarang ternyata kosong,” kata Dito kecewa. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *