Mak Meugang Warisan Endatu Sambut Bulan Suci Ramadhan

  • Whatsapp
Foto : Ratusan lapak pedagang daging sapi,kerbau memadati areal di Bireuen secara besar-besaran. (Suherman Amin )

BIREUEN,ACEH-Beritalima.com – Mak Megang ( Hari potong daging ) dilaksanakan 3 kali dalam setahun dan 2 hari pelaksanaan kegiatan sehingga menjadi 6 hari mereka motong . Hari pertama motong disetiap Mak Meugang disebut Megang Chet ( Kecil ) dan hari kedua Megang Rayek ( Besar) dan itu warisan Endatu yang sangat mengental dilakukan dua hari jelang masuknya bulan Ramadhan dan akhir lebaran di sejumlah Kabupaten di Aceh .

Hari Meugang dalam setahun tiga kali adalah di kala menjelang masuknya bulan suci Ramadhan , diakhir Ramadhan menyambut masuknya Hari Raya Puasa ( Lebaran/Idul Fitri ) dan dikala masuknya hari Raya Haji ( Idul Adha ) dan semua itu sudaj merupakan tradisi dilakukan Mak Meugang.

Hari pertama biasanya disebut Megang Chek atinya megang yang dilakukan di daerah tertentu seperti Peusangan, Bireuen, Peudada dan Samalanga, sementara sehari jelang puasa Meugang umum dan dilakukan oleh seluruh daerah di Aceh.

Di kala Meugang tampak ratusan lapak pedagang daging sapi,kerbau memadati areal ibu kota masing-masing daerah tingkat II bahkan ibukota kecamatan dalam wilayah Bireuen juga melakukan pemotongan kerbau dan daging secara besar-besaran.

Pada hari megang walaupun pemotongan daging banyak namun semuanya habis terjual sebab seluruh elemen masyarakat pada hari megang tetap membeli daging baik daging lembu maupun kerbau walaupun hanya satu kilogram.

Hal itu dilakukan masyarakat seluruhnya sebab bila tidak membeli daging pada hari megangt, karena tradisi dan adat istiadat rasanya rumah tersebut merasakan dirinya merasa terhina sebab tidak membelikan daging dihari megang.

Hasil pengamatan www.beritalima.com seperti halnya hari megang pertama di Matang Geulumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Cotbatee Kecamatan Kuala dan Geulumpangpayoeng Kecamatan Jeumpa semuanya masih dalam wilayah Kabupaten Bireuen, Selasa dan Rabu kemarin tampak pemandangan ratusan ekor sapi yang telah disembelih tergantung di antara keramaian pedagang dan konsumen yang tumpah-ruah bertransaksi.

Akibat gantungan ratusan lapak daging tentunya masyarakat secara berbondong datang membelinya dan memilih waktu pagi untuk melakukan transaksi sehingga di sisi lain membuat arus lalu lintas macet.

Animo masyarakat di kala pagi berburu daging meugang di sana cukup tinggi, sehingga ratusan ekor lembu yang telah jauh-jauh hari disiapkan dan disembelih pedagang habis terjual sehingga bagi masyarakat yang datang membeli di kala siang dan hore harinya tidak memperoleh daging lagi.

Menurut penjelasan beberapa warga, kenapa mereka berburu membeli daging di kala pagi, anak-anak mereka tidak merasa trauma dengan melihat tetangga membawa daging lebih awal.

Nah …. dengan dalih dapat lebih awal mempersiapkan masakan daging untuk bermegang, mayoritas ibu rumah tangga telah mempersiapkan bumbu-bumbu masak menurut seleranya,sehingga dalam menikmati makanan jelang masuknya puasa .
Di sisi lain ada juga warga yang menyebutkan, berburu daging meugang lebih awal bisa mereka menikmatinya menyambut masuknya bulan puasa.

Wajar saja, dimana-mana yang namanya daging meugang pastinya digelar dua hari sebelum bulan ramadhan tiba. Pada Selasa (15/5) di hari Megang pertama di Matanggeulumpangdua Peusangan dan Wilayah Bireuen harga daging yang ditawarkan oleh pedagang setempat tembus berkisar Rp 170 – Rp175 ribu per kilogram, sedangkan daging tumpukan yang diistilahkan dengan daging “ Ripoeh “ harganya bervariasi Rp 100 ribu dan Rp 150 ribu/kilogram diperkirakan timbangan satu kilogram. Namun daging ripoh itu banyak yang dijual tumpukan dan tidak diperhitungkan perkilogram.

Abdi Safaren asal Kecamatan Kota Juang, Bireuen, mengaku sudah mewajibkan dirinya untuk berburu daging meugang di kala pagi dan berburu pula untuk membawa pulang sebab anaknya sudah menunggu, padahal seharusnya itu tidak perlu dilakukan tetapi karena memang sudah tradisi yang kemungkinan sulit untuk dilakukan perubahan.

“ Alasan saya lebih awal menyiapkan daging dan lebih lama waktu untuk menikmatinya di rumah bersama anak-anak dalam acara menyambut masuknya bulan ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah sehingga terpaksa berburu membeli daging dikala pagi bila tidak membelinya pada megang sebelumnya yang disebut megang Cheet. “ Ungkap Abdi Safaren .

Abdi menambahkan, ia biasanya membeli daging pada megang Chet ( megang hari pertama ) bukan pada megang umum sehingga tidak susah-susah lagi membeli pada megang umum yang kadangkala pedagang menaikkan harga. Demikian hari Megang di Aceh yang sudah merupakan tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan.( HERA)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *