Muhammadiyah Jangan Sampai Menjadi Subordinasi dari Salah Satu Partai

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com| Muhammadiyah berdiri dan menjadi satu satunya ormas Islam yang berkemajuan, dan Muhammadiyah lebih awal berdirinya daripada republik ini, yaitu pada tahun 1912. Dengan kata lain Muhammadiyah menjadi rujukan atas keberlangsungan bangsa ini, di samping ormas lain seperti NU maupun Persis.

“Dan Ormas ormas Islam itu ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan republik ini,” kata Prof. Muhajir Effendi, Mendikbud dalam sambutan penutupnya di acara Buka Puasa, bersama Relawan Muhammadiyah untuk Jokowi Makruf dari unsur mana pun, yang diadakan Rabu dan Kamis, (08-09/05/2019).

Menurutnya Muhammadiyah jangan sampai menjadi subordinasi dari partai apapun, dan Muhammadiyah juga sebenarnya ormas Islam yang kooperatif dengan pihak manapun termasuk dengan pemerintah.

“Jadi watak oposisi itu sebenarnya warisan dari trauma sejarah pada masa Masyumi dulu. Dan saya mengharapkan kepada generasi muda Muhammadiyah yang hadir pada acara ini, berharap mampu dan bisa mengembalikan trauma politik masa lalu Muhammadiyah,” katanya.

Hadir dalam acara itu, cak Nanto, Ketua Pemuda Muhammadiyah, dan banyak unsur relawan lainnya yakni Samawi, Kamu, Jaringan Matahari, termasuk Koordinator Untuk Relawan Makruf Amin (Kurma) yang di wakili langsung sekjen Kurma Aris Munandar dan ketua kurma KH Ahmad Rosikh.

Sekjen Kurma, Aris Munandar juga menyampaikan bahwa dirinya meskipun sekarang posisinya menjadi relawan KH Makruf Amin, tetap mengakui bahwa dirinya lahir dari rahim NU dan Muhammadiyah, sehingga dalam pola berpikirnya. Aris Munandar demi kooperatif dalam menyikapi dinamika keberagamaan di Nusantara ini. Dan Aris sendiri mengakui butuh energi tersendiri untuk menyatukan visi dan misi kebangsaan dalam wadah NKRI ini, agar jurang pemisah perbedaan bukan halangan demi demi bangsa negara.

“Pak Prof Muhajir ini ketika perjalanan dinas dengan pak Jokowi ke keluarga NU, selalu yang ditunjuk untuk memimpin tahlilan maupun imam sholat,” ungkap Aris Munandar.

Jadi perbedaan itu, menurutnya hanya dalam soal keyakinan masing masing individu. Sementara keutuhan berbangsa dan membangun NKRI menjadi tujuan bersama untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

“Jangan sampai umat Islam khususnya di Indonesia selalu dirugikan dan dijadikan kambing hitam atas kekuatan full powernya yang kini cap atau label radikal menggelantung dalam pundak Islam. Dan ini terjadi tidak saja di Indonesia, di timur tengah umat Islam juga selalu menjadi yang dirugikan oleh kekuasaan,” tutupnya. [wwn]

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *