Pakde Karwo Bangga Masyarakat Jatim Miliki Semangat Kesetiakawanan Sosial

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo bangga kepada masyarakat Jatim yang

memiliki semangat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kebanggaan itu kian kuat

dirasakannya setelah melihat secara langsung bagaimana masyarakat saling bahu-

membahu dalam penanganan dan pemulihan pasca bencana banjir di Kab. Pacitan.

“Saya yakin semangat kesetiakawanan sosial kita berada pada posisi yang kuat,

ini ditunjukkan oleh masyarakat Jatim saat bencana banjir di Pacitan beberapa waktu

lalu, semangat itu begitu luar biasa” kata Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim

saat Malam Refleksi Kesetiakwanan Sosial di Gedung Negara Grahadi Surabaya,

Senin (19/12) malam.

Pakde Karwo mengatakan, bencana banjir dan longsor di Kab. Pacitan terjadi

pada tanggal 27-29 November lalu, bencana itu mengakibatkan 6.603 rumah rusak

berat, 25 orang meninggal, dan kerugian-kerugian lain yang tidak bisa dinilai, seperti

tempat-tempat ibadah.

Musibah itu membangkitkan semangat kesetiakawanan sosial dari masyarakat

kabupaten tetangga, seperti Ponorogo, Trenggalek, Madiun, dan Tulungagung. Mereka

datang ke Pacitan, kemudian dibantu TNI dan TAGANA membangun dapur umum, lalu

membagikan makanan kepada masyarakat yang tertimpa musibah.

“Ini yang membuat saya tersentuh, masyarakat tidak membuat garis saat

tetangganya ada yang sedang kesusahan. Para kiai juga terjun memberikan dakwah

yang mengademkan suasana, menyampaikan bahwa musibah ini adalah ujian. Inilah

contoh pemulihan fisik dan rohani bisa berjalan bersama-sama” kata Pakde Karwo.

Semangat kesetiakawanan sosial ini, lanjut Pakde Karwo, harus terus dipelihara

dan diimpelemntasikan secara kontinu, bukan hanya muncul pada saat suasana

tertentu atau ketika terjadi musibah saja. “Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam

rangka memelihara kesetiakawanan sosial ini” lanjutnya.

Dicontohkan, saat ini Indonesia sedang mengalami musim hujan yang berpotensi

memunculkan penyakit Demam Berdarah (DB). Semangat kesetiakawanan sosial bisa

dibangkitkan melalui pencegahan DB. Masyarakat diharapkan bergerak cepat untuk

mencegah penyakit tersebut.

“Jangan tunggu kasus DB terjadi, baru dilakukan bersih-bersih got. Lakukanlah

sejak sekarang, contohlah Mojokerto yang sudah 10 tahun bebas DB karena punya

mantra Jentik, yaitu ibu-ibu rumah tangga yang rutin mengecek dan membersihkan jika

ada jentik DB ” tambahnya.

Mensos RI Ajak Masyarakat Berbagi

Dalam kesempatan ini, Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa mengajak

masyarakat untuk terus meningkatkan semangat kepedulian dan berbagi kepada

sesama. Pasalnya, semangat itu bisa memperkuat nilai-nilai kesetiakawanan sosial di

era globalisasi saat ini.

“Berbagi bukan berarti kita ini lebih dari orang yang kita beri, tapi berbagi itu

karena kita ini manusia yang punya hati. Jadi, mari kita berbagi ” katanya.

Ditambahkannya, makna Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah untuk

merevitalisasi kembali kesetiakawanan sosial “Ada nilai-nilai kegotongroyongan yang

tergerus nilai-nilai individualisme. Maka saya harap ini bisa merevitalisasi nilai-nilai

kesetiakawanan sosial, nilai-nilai solidaritas sosial, nilai-nilai kepedulian sosial,”

katanya.

Hadirkan Empat Narasumber

Malam refleksi Kesetiakawanan Sosial ini menghadirkan empat narasumber,

yakni seniman ‘Celurit Emas’, KH Zawawi Imron dari Madura, Achmad Syahrani dari

Banjarmasin, Acil Band “Bimbo” dan pengamat komunikasi Suko Widodo. Mereka

dipandu moderator Effendi Ghazali.

KH Zawawi Imron mengatakan, semangat kesetiakawanan sosial bisa dimulai

dengan cara tersenyum kepada sesama. “Siapa yang tersenyum, itu tidak akan punya

musuh. Pasalnya, senyum bisa menghapus kebencian. Hadirkanlah kesetiakawanan

sosial melalui senyum yang tulus” katanya.

Dengan gaya puitisnya, Zawawi juga mengungkapkan keindahan negeri

Indonesia yang tidak banyak dipunyai oleh negara lain. Bahkan jauh sebelum syair lagu

‘Tanah Kita Tanah Surga’, ada seorang professor dari mesir yang memuji keindahan

Indonesia yang bagaikan potongan surga. Oleh karena itu bangsa Indonesia wajib

mensyukurinya.

Budayawan asal Jawa Barat Acil Bimbo atau Darmawan Hardjakusumah

mengatakan, dirinya sangat prihatin dengan keadaan bangsa Indonesia yang dulu

terkenal baik, kini sudah banyak yang berubah, menjadi kasar dan beringas serta

cenderung konflik. “Jadi yang terpenting hari ini adalah bagaimana membangun

kebersamaan, “ujarnya

Sementara itu, Pengamat Politik, Suko Widodo mengatakan, dirinya bangga

karena Indonesia masih ada hingga sekarang, meskipun jaman telah berganti, pikiran-

pikiran begitu terbuka, pola komunikasi berubah, dan teknologi berkembang begitu

pesatnya.

“Dengan perubahan-perubahan itu, ditambah jumlah ratusan suku bangsa,

Indonesia masih berdiri. Itu artinya kesetiakawanan sosial juga masih terpelihara”

pugkasnya. (rr)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *