PDI Perjuangan: Hasil Munas Alim Ulama NU Mengakar, Visioner dan Memperkokoh Kebangsaan Indonesia

  • Whatsapp
Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDI Perjuangan memberikan sambutan pada acara Deklarasi Forum Kyai dan Santri Nusantara (FKSN) di Rumah Aspirasi Rakyat 01 Jl. Proklamasi 46 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/02/2019). Foto: RAR/GusDin.

JAKARTA, beritalima.com – Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDI Perjuangan menyatakan hasil Munas Alim Ulama NU sangat mengakar, visioner dan memperkokoh Kebangsaan Indonesia. Menurutnya Nahdlatul Ulama mengobati kegelisahan bangsa dan menghadirkan Nur-Ilahi dalam kehidupan berbangsa.

Selain itu PDI Perjuangan memberikan apresiasi atas keputusan Munas Alim Ulama NU tentang penegasan prinsip kesetaraan warga negara Indonesia yang berbangsa satu dan bertanah air satu, Indonesia.

“Sikap NU senafas dan juga dijiwai oleh PDI Perjuangan. Prinsip kesetaraan warga negara adalah pengejawantahan dari Sila Persatuan Indonesia yang berdiri kokoh di atas prinsip kebangsaan,” kata Hasto Kristiyanto dalam rilis yang disampaikan melalui What Apps, Jumat (01/02/2019).

Menurutnya, atas prinsip kebangsaan ini maka segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Kata pria yang biasa disapa Hasto ini, penegasan Musyawarah Alim Ulama NU tersebut merupakan keputusan yang mengakar pada Pancasila, visoner dan memerkokoh kebangsaan Indonesia.

“NU selalu memahami suasana kebatinan bangsa, dan karenanya keputusan Munas Alim Ulama NU tsb menjadi nur-ilahi yang menerangi kehidupan berbangsa dan bernegara,” terangnya.

Keputusan para Musyawirin (peserta Munas) yang meneladani kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan membuat Piagam Madinah tersebut adalah bentuk nyata pembumian Pancasila.

“Pada saat krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, NU selalu kokoh memberikan arah dan pedoman bagi keutuhan dan kemaslahatan bangsa,” tambahnya.

Selain itu, kata Hasto, demikian halnya tidak digunakannya kata kafir yang mengandung diskriminasi secara teologis tsb, merupakan keputusan penting bagi kemaslahatan bangsa. Terlebih dengan penghormatan terhadap prinsip kesetaraan warga negara bagi Indonesia sebagai satu bangsa.

“Inilah buah kontemplasi teologis yang menempatkan manusia sebagai sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa,” katanya.

Terakhir Hasto mengatakan, keputusan Munas Alim Ulama NU semakin memperkuat upaya Presiden Jokowi untuk menggelorakan daya unggul Indonesia yang maju dan berbangsa satu.

“Hal ini sejalan dengan program Presiden Jokowi untuk menggelorakan daya unggul Indonesia Maju dan berbangsa satu dan Jokowi akan menjalankannya pada periode kedua,” pungkasnya. (red)

Editor: Syafrudin Budiman

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *