Sistem Demokrasi, Fahri: Parpol Seperti ‘Warung’ Makan, Kalau Masakan Enak Dinikmati

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Politisi senior, Fahri Hamzah menganalogikan partai politik (parpol) dalam sistem demokrasi seperti sebuah warung makan.

Jika masakannya enak, kata Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) ini, akan dinikmati orang, warung itu akan terus berjalan. Sebaliknya, jika tidak enak, pemilik warung bakal bangkrut dan bubar, orang tidak ada satu yang mampir untuk makan.

“Jadi, saya menganalogikan parpol di dalam sistim demokrasi itu seperti sebuah warung. Kalau masakannya enak dan dinikmati orang, terus berjalan,” kata Fahri saat menjadi narasumber dalam webinar ‘Partai Politik dan Tantangan Demokrasi Terkini yang diselenggarakan Moya Institute, pekan ini.

Nah, untuk menghasilkan produk terbaik, menurut Wakil Ketua DPR RI 2014-2019 tersebut, parpol harus memiliki pemikiran dan cita-cita besar. Masalahnya, ide besar bisa saja kalah dengan ide kecil yang dimarketkan dengan keuangan besar. “Papol sekarang citranya jelek, dulu dibentuk melawan penjajah, sekarang dianggap mesin uang, mesin kekuasaan.”

Meski begitu, dia mengungkapkan partai Gelora siap menjadi wadah untuk menampung beragam aspirasi dan ide-ide besar demi kemajuan bangsa. Terlebih, Gelora adalah jawaban dari tantangan zaman.

Fahri menyampaikan, ada tiga cara untuk menjaga demokrasi di Indonesia. Pertama, berkomitmen pada narasi demokrasi. Kedua, penguatan institusi yang terus menerus dan ketiga, leadership.

“Parpol sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi justru saat ini mendapat tantangan berat khusunya di kalangan generasi muda yang tak tertarik terhadap partai politik. Padahal jumlah komposisi pemilih muda khususnya kamum milenial di 2024 sudah dominan,” ujar politisi asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.

Diplomat senior Prof Imron Cotan yang hadir dalam diskusi itu mengaku optimis parpol baru akan memberikan harapan baru untuk demokrasi dan kebangsaan Indonesia. Syaratnya, parpol baru harus punya gagasan baru.
“Partai baru membawa harapan baru dengan gagasan baru untuk semangat zaman menuju cita-cita nasional,” ujar Imron.

Mengenai parpol baru, Imron teringat dengan partai Gelora. Dia tertarik dengan pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik tentang kombinasi perjuangan kebangsaan dengan keumatan. “Kebangsaan dan keumatan itu sama, karena mayoritas kita Islam. Jadi aspirasi kebangsaan dan keumatan itu tidak saling berkontradiksi.”

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Faldo Maldini mengatakan, tantangan parpol saat ini bagaimana memiliki produk yang bisa dirasakan langsung oleh rakyat. Dia membayangkan, jika parpol itu sebuah angkutan aplikasi, yang langsung bisa membantu rakyat. “Jadi, Pemilu itu hanya bazarnya lah, intinya bagaimana bisa menjelaskan problem masyarakat yang ingin diselesaikan oleh produk parpol.”

Sedangkan Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia, Djayadi Hanan menyatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menunjukkan usia pemilih muda dominan dan kecenderungan yang kuat sebagai pengguna internet dan sosial media.

“Sekarang banyak anak muda yang ingin berbuat baik, menjadi relawan, ingin menciptakan perubahan. Mereka sukses walau tak pernah ikut organisasi. Tapi mereka masih menjaga jarak dengan parpol,” demikian Djayadi Hanan. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait