Soal Pilkada Serentak dan Hadapi Pemilu, Ini Kata Firasat Mokodompit

  • Whatsapp

SULUT, beritalima.com — Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Serentak 2018, di Sulawesi Utara, dan menghadapi Pemilihan Umum, membuat Firasat Mokodompit, pun angkat bicara, mengenai Politik
Dinasti, Politik Uang, serta Politik Nepotisme yang melanda Sulut, itu
menurutnya haruslah di eliminasi.

Yang menurutnya, seperti yang dikatkan oleh salah satu petinggi dunia, yang memimpin Turki saat ini. Dengan menurutnya pesan dari Presiden Turki, itu harusnya menjadi tujuan utama.

“Politik itu harus diisi oleh orang-orang baik. Jika yidak, maka orang
jahat yang akan mengisinya,” kata Firasat Mokodompit, SE, Politisi
Sulut, yang mengambil sebuah pesan dari Toyyib Erdogan, Presiden Turki. Senin (26/02/18)

Untuk itu, Lanjut Firasat, untuk menghadapi Kontestasi Pilkada,
Pemilihan Legislatif (Pileg) atau pun Pemilihan Presiden (Pilpres) menurutmya, jangan ada lagi praktek-praktek jahat yang dilakukan oleh Penguasa, yang pilih rakyat, namun lupa dengan Sumpah Jabatannya .

“Isyarat ini sadarkan kita semua bahwa Politik Cartel- Politik Dinasty- Politik Uang- Politik Nepotiame lebih jahat, karna dia akan merusak sendi-sendi Kehidupan Demokrasi yang dalam kekinian menuju Kesempurnaan dan terus dibenahi,” tambahnya.

Lanjut Firasat, dalam kacamatanya, yang terjadi saat ini, itu jelas
terlihat, Syahwat politik para elit selalu memainkan peran pamungkas dalam mendorong permainan ini tanpa rasa malu, yang diniali telah mengkhianati Sumpah Jabatan.

“Demi Tuhan, dalam mengemban jabatan ini tidak sekali- Kali melakukan KKN atau memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi atau golongan atau keluarga. Yang terjadi justru begitu menjabat, lupa akan Sumpah atas nama Tuhan Ini, dan sebaliknya melakukan keinginan keluarga, Kelompok maupun kepentingan partainya, untuk memenuhi syahwat politik
kekuasaan yang berkuasa,” Tambah Politisi, yang sekarang berada pada Bendera Partai Hanura.

Yang seharusnnya, tambah Firasat, akan lebih baik lagi jika politik
itu, adalah menjadi alat perjuangan untuk mencapai tujuan kepentingan banyak orang, seperti yang disampaikan oleh HOS Cokroaminoto.

“Pemimpin harus diwujudkan untuk MEMBERANTAS praktek-praktek jahat ini, dia tidak boleh memasuki wilayah Birokrat atau wilayah Pemimpin daerah, sudah cukup kita rasakan 32 tahun Orde Baru yang tumbang 1998 dengan lahirnya Reformasi, dan pada Zaman Now ini praktek jahat masih dilakukan sebagian elit atau Pemimpin, maka ini ciptakan rasa Ketidakadilan dalam masyarakat dan menghambat Proses Regenerasi dan Kaderisasi,” tegasnya.

Lebih lanjut lagi katanya Firasat, jika Kompetensi disirnakan, dan SDM bukanlah menjadi prasarat mutlak, karena Syahwat Nepotis jauh lebih kenceng dan libas norma Kepantasan dan Norma Kepatuhan, maka untuk melahirkan pemimpin yang merakyat, itu tidak mungkin akan terwujud.

“Namun, jika dia sosok pemimpin Bijak, maka praktek Cartel-Dinasty Nepotisme-halalkan berbagai cara kata Marciefelly tidak di lakukan, dan memang tugas berat para Intelektual- Akademisi-
Tehnokrat dan Profeinal media sebagai Agent Of Changes maupun tokoh
agama wajib  untuk MENGINGATKAN, para pemimpin, agar kembalilah pada Sumpah Jabatan, kembalilah pada Norma Agama, kembalilah pada Pakra Integritas yang kesemuanya akan dipertanggung jawabkan atas nama Keyakinan, sudahilah semua tindakan rugikan rakyat !! Karna jika tidak, dipastikan akan menjadi Dosa sejarah yang secara temurun akan dicaci
rakyat sebagai Pemimpin yang nodai mandat rakyat.” Tutup Firasat
Mokodompit SE.

(Zul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *