Suksesi Pengganti Risma, Membuat Lia Semakin Menyelami Kaidah Islam

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com- Suksesi calon walikota Surabaya, Jawa Timur, pengganti Risma, membuat Lia Istifhama semakin menyelami makna kaidah Islam.

Hal tersebut karena, selain persaingan makin memanas, ada yang bersifat menyerang pribadi. Hal ini yang dialami Lia Istifhama, salah satu kandidat kuat.

Bahkan ia sempat dicibir sebagai cawali bonek. Namun tetap bersyukur dalam proses yang dilaluinya.

“Serangan personal memang sudah lumrah terjadi.
Karena barang siapa yang dianggap sebagai ancaman, pasti berhadapan dengan konsekuensinya. Dicibir, difitnah, itu kan hal yang pasti diterima oleh pemimpin, bahkan calon pemimpin. Ini saya sampaikan dalam beberapa majelis. Terlebih ketika kita bicara dalam kapasitas Maulid Nabi Muhammad SAW. Diantara karakter yang harus kita teladani dari beliau adalah kesabaran dan ketabahan beliau selama berdakwah,” tutur Lia.

Memang, lanjutnya, jaman Rasulullah, orang kafir selalu ingin menjatuhkannya dalam hal apapun. Padahal Rasulullah tidak melakukan apapun yang berpotensi untuk dihina oleh orang lain.

“Secara logika tentu aneh. Ibarat orang tidur, gak ngapa-ngapa, eh tiba-tiba ada yang mau nyiram air.
Nah, inilah yang paling utama. Bagaimana kita bisa mengajak masyarakat untuk selalu sabar dan tabah. Dalam pesan maulid Nabi, saya juga berusaha mengingatkan 4 karakter Rasulullah. Terutama fatanah, cerdas. Cerdas terutama dalam berlisan. Yaitu tidak menjadikan lisan sebagai tempat menghujat ataupun memfitnah,” tandasnya, saat sambutan pada pengajian rutin Ikatan Alumni santri Al Ihsan Njrangon, di Bulak Banteng.

Dengan proses pilwali, justru ia emakin menyelami makna kaidah Islam yang pernah diterangkan Gus Fahmi (Ketua Baguss Jatim asal Tebu Ireng, Jombang, red.) mengenai syubbanul yaum rijalul ghod.

“Bahwa generasi muda adalah pemimpin hari esok. Jadi harus selalu siap. Saya merasakan sendiri, bahwa kesiapan itu bukan hal yang bisa dianggap remehg” ulasnya.

Hal seperti itu, paparnya, tidak bisa dianggap remeh, melainkan merupakan kesempatan yang sangat bagus.

“Sama halnya dengan minggu kemarin di Majelis Suroiya, ribuan jamaah ibu-ibu muslimat yang mereka notabene jauh lebih fasih mengikuti pengajian rutin daripada saya. Tapi nyatanya saya berkesempatan bersapa dengan mereka semua dengan sedikit menyampaikan pesan maulid Nabi. Alhamdulillah, saya cuma berpikir ini semua kuasa Allah SWT,” papar dosen ini yang juga aktivis NU.

Menurutnya lagi, yang jelas dengan rajin turun ke bawah mengikuti majelis-majelis, baginya merupakan syiar ajakan bagi masyarakat untuk selalu bersiap menjadi pemimpin.

“Termasuk bagaimana para orang tua bersiap menjadikan anaknya sebagai pemimpin kelak. Itu harapan saya setiap turba dalam majelis-majelis pengajian,” pungkasnya. (Red).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *