Apa Benar Virus Corona Lambda Lebih Bahaya. .?

  • Whatsapp
Dr. dr. Robert Arjuna MD PhD

Oleh;
DR.dr. Robert Arjuna FEAS*
Belum usai masalah penyebaran virus Covid-19 varian Delta, masyarakat dunia dihadapi dengan varian baru lainnya bernama Lambda.Sebuah studi terbaru dari tim peneliti Jepang menyebutkan Lambda dapat menembus perlindungan vaksin yang tersedia saat ini.para peneliti mengungkapkan varian Lambda menyebar di 26 negara termasuk Chili, Peru, Argentina dan Ekuador.

Vrus corona telah bermutasi beberapa kali sejak pandemi dimulai, dengan beberapa varian yang lebih menular dan mematikan.Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan empat mutasi tersebut sebagai varian yang mengkhawatirkan atau variant of concern (VOC), yaitu Alfa, Beta, Gamma, dan Delta. Di sinyalir bahwa now ada variab Lambda lebih bahaya dan ganas.Varian Lambda yang pertama kali terdeteksi di Peru, telah menarik menarik perhatian berbagai ahli.
Varian Lambda saat ini merupakan varian dominan di negara Amerika Latin yang memiliki tingkat kematia virus corona per kapita tertinggi di dunia dan a telah menyebar ke setidaknya 28 negara lain termasuk Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Inggris.

Ini adalah variasi dari virus corona baru yang pertama kali tercatat di negara itu pada Agustus 2020. Asal pasti varian Lambda, yang sebelumnya dikenal sebagai strain Andes, masih belum jelas, tetapi parailmuwan mengatakan mutasi itu pertama kali muncul di Amerika Selatan.Selama tiga bulan terakhir varian Lambdaberkembang dominasi 80 persen dari semua kasus di Peru, menurut Institut Kesehatan Nasional negara itu.

MEMAHAMI APA ITU VARIAN VIRUS CORONA LAMBDA
Virus Corona penyebab COVID-19 masih terus bermutasi menghasilkan berbagai varian baru. COVID-19 varian Lambda adalah salah satu varian mutasi virus Corona yang mulai banyak ditemukan di berbagai negara belum terkonfirmasi masuk ke Indonesia.COVID-19 varian Lambda atau C.37 pertama kali diidentifikasi di Peru pada bulan Desember tahun 2020. COVID-19 varian Lambda memiiliki 2 mutasi pada domain pengikat reseptor protein spike virus SARS-CoV-2, yakni mutasi L452Q dan F490S.Gejala COVID-19 varian Lambda tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, yaitu demam, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan gangguan indera penciuman (anosmia).
Ini karena COVID-19 varian Lambda diprediksi berpotensi dapat menyebar lebih cepat, menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih parah, atau menurunkan ekfektifitas vaksin COVID-19. Klasifikasi ini menunjukkan bahwa varian-varian tersebut telah terbukti lebih menular dan berisiko menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih parah atau sulit diobati.
COVID-19 varian yang ditemukan sebelumnya, yakni varian Alfa, Beta, Delta, dan Gamma, kini sudah dikategorikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai varian yang perlu diwaspadai (variants of concern). Berbeda dengan COVID-19 varian Lambda, hingga kini varian ini masih diklasifikasikan sebagai varian yang perlu diperhatikan (variant of interest).Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan COVID-19 varian Lambda akan diklasifikasikan sebagai variant of concern. Hal ini bisa terjadi, jika kelak COVID-19 varian Lambda terbukti lebih mudah dan cepat menular atau menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih berat.

Dr Pablo Tsukayama, seorang dokter di mikrobiologi molekuler di Universitas Cayetano Heredia di Lima dan salah satu orang yang mendokumentasikan kemunculan varian Lambda.berkata “Ketika kami menemukannya, itu tidak menarik banyak perhatian, tapi kami terus memproses sampel, dan pada bulan Maret, sudah ada di 50 persen sampel di Lima. Pada April, itu ada di 80 persen sampel di Peru,lonjakan dari satu menjadi 50 persen itu merupakan indikator awal dari varian yang lebih menular,strain Lambda pada awalnya tidak menimbulkan kekhawatiran karena strain baru biasa ditemukan di tempat-tempat dengan tingkat infeksi yang tinggi. Virus varian lamba Pertengahan Juni lalu, organisasi kesehatan dunis menerima dan melabelinya sebagai Lambda

Lambda yang pertama kali terdeteksi di Peru Menurut data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) sebuah platform di mana negara-negara mengunggah urutan virus Covid-19 mereka. Berdasarkan data itu, varian Lambda telah ada di 28 negara.Negara-negara tersebut di antaranya, Brasil, Spanyol, Belanda, Aruba, Belgia, Prancis, Portugal, dan Amerika Serikat.
Penelitian terbaru tentang varian Lambda telah mencatat beberapa mutasi pada protein lonjakannya, bagian dari virus yang melakukan kontak dengan sel manusia, mengikatnya, dan kemudian menginfeksinya.
menurut sebuah penelitian yang dirilis pada bulan Juli oleh tim dari Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York dan dirilis di situs web medis bioRxiv sebelum peer review.mengatakan “Mutasi yang diamati pada protein lonjakan mungkin menjadi alasan untuk peningkatan penularannya, dan itu bisa memberikan pengurangan perlindungan oleh vaksin saat ini,”
Menurut ahli virus Ricardo Soto-Rifo dari Institut Ilmu Biomedis Universitas Chili, salah satu mutasi berlabel L452Q mirip dengan mutasi yang juga ditunjukkan pada varian Delta yang diyakini berkontribusi pada tingkat infeksi yang tinggi dari jenis itu.Namun kami belum dapat mengatakan apa dampak sebenarnya dari mutasi ini, karena ini adalah jenis yang telah ditunjukkan terutama di Amerika Selatan, dan itu menempatkan kami pada posisi yang kurang menguntungkan, karena kami tidak memiliki semua sumber daya untuk melakukan penelitian yang diperlukan,”
Demikian sekilas info yang kami sembahkan semoga membawa wawasan baru untuk diketahui. ANDA SEHAT KAMI BANGGA, Waspadalah diri di era pandemim,patuhilah protokol kesehatan yang digariskan oleh pemerintah, semoga terwujud IndonesiabTangguh-Indonesia Tumbuh.Merdeka!
RobertoNews 1013 《21.8.21(13.38)
• Praktisi dokter dan Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait