Ardi Maulana, Putra Petani Gunung Karang Perintis Talas Beneng, Go Internasional

  • Whatsapp

PANDEGLANG, beritalima.com- Kepedulian dan keprihatinan Ardi Maulana terhadap nasib kaum petani dan melalui pengamatan yang panjang terhadap tanaman talas beneng yang tumbuh liar di kebun-kebun di daerah Gunung Karang, Pandeglang, Banten, dan sekitarnya. Talas beneng hanya dipandang sebelah mata, biasa ditanam dan dikonsumsi oleh masyarakat pra sejahtera sebagai pengganti beras.

Dari beberapa penelitian terakhir ternyata talas Beneng (Xanthosoma undipes) memiliki nilai ekonomis dan kandungan nutrisi yang luar biasa untuk ketahanan pangan. Talas beneng juga dapat dijadikan sebagai asupan makanan untuk pasien penderita diabetes, jantung, stroke, kesehatan mata dan banyak manfaat lainnya.

Ardi Maulana, pemuda asal Cilaja, Pandeglang, yang semula berprofesi sebagai security di perusahaan sepatu Kawasan Industri Cikande, memutuskan mengundurkan diri sebagai karyawan dan mulai merintis usaha Budi daya talas beneng dengan mendirikan CV. Putera Petani Gunung Karang pada tahun 2016.

Perusahaannya ini bergerak dalam kegiatan penyediaan bibit, program kemitraan, mengolah daun talas beneng kering untuk dijadikan tembakau non nikotin dan diekspor ke Australia, New Zealand dan negara lainnya.

Ada beberapa workshop yang tergabung di CV. Putera Petani Gunung Karang yang mengelola dan mengolah talas beneng. Yaitu dari Kecamatan Ciomas, Kelurahan Juhut, Desa Saninten kecamatan Kaduhejo, Kecamatan Mandalawangi, Kecamatan Jiput, Kecamatan Sobang, Kecamatan Cisata dan Cibaliung.

Luas tanam talas beneng saat ini sekitar 200 hektar terdapat di 11 kecamatan.

Talas beneng merupakan jenis umbi-umbian asli khas Pandeglang yang telah disertifikasi. Beneng merupakan singkatan dari besar dan koneng. Koneng adalah sebuah kata dalam bahasa Sunda yang artinya berwarna kuning.

Asal mula talas beneng adalah tanaman liar di dalam hutan Gunung Karang, Pandeglang. Umbi talas beneng berukuran besar dengan warna daging kuning. Ukuran tanaman talas beneng bisa sangat besar, yakni sekitar 2,5 meter dengan ukuran satu umbi maksimal bisa mencapai 30-40 kilogram per batang.

Talas beneng merupakan umbi batang yakni umbinya muncul sampai ke atas permukaan tanah mengikuti batang tanaman. Jadi bisa memanjang atau meninggi sesuai tinggi pohon talas. Meski telah memasuki masa panen tetapi belum dipanen juga, maka umbi talasnya tidak akan bermasalah.

Semua bagian talas beneng dari akar, daun, batang dan umbinya dapat dimanfaatkan tidak ada yang terbuang. Dapat tumbuh dilokasi seluruh Indonesia. Talas beneng sangat mudah di budidayakan terlebih jika di musim hujan.

Berbeda dengan talas Bogor yang jika telah memasuki masa panen kemudian tidak dipanen, maka talas Bogor akan membusuk.

Selama pertumbuhan, tanaman talas beneng tidak menuntut syarat khusus. Untuk pemanfaatannya, talas beneng sebelumnya banyak diolah warga sekitar menjadi keripik talas. Namun demikian karena masih terbatasnya alat dan sumber daya manusia di Juhut, Pandeglang, kebanyakan talas hanya dikupas dan diparut kemudian dijemur hingga kering. Kemudian dikirim ke Bogor untuk dijadikan tepung. Tepung tersebut digunakan untuk membuat berbagai olahan makanan seperti brownies dan lain-lain.

Pemda Banten saat ini tengah giat membudidayakan talas beneng untuk dijadikan salah satu komoditi bahan pangan pokok di Provinsi Banten sehingga dapat menguatkan ketahanan pangan dan mengurangi kerawanan pangan.

Talas beneng memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Ukurannya yang besar dengan kadar protein tinggi serta warna kuning yang menarik adalah kelebihan yang dimiliki talas beneng dan menjadi ciri khas talas ini.

“Adanya dukungan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi, Pemda maupun kemitraan dengan perusahaan daerah dalam pengembangan pangan lokal diharapkan bisa memacu keragaman produk talas beneng termasuk upaya memasyarakatkannya”, ujar Ardi.

Australia & New Zealand memerlukan daun talas beneng kering sekitar 340 ton per bulan. India dan Turki memerlukan umbi gaplek talas beneng 100 ton per bulan. Belanda dan Korsel memerlukan umbi gaplek 385 ton per bulan, Malaysia memerlukan tepung tanaman ini 50 ton per bulan.

Permintaan pasar export yang begitu besar dan menggiurkan belum sepenuhnya dapat terakomodir. Masih diperlukan strategi pengembangan khusus dan revolusi tanam agar hasil panen lebih meningkat.

Ardi Maulana dan teamnya menjalin kerjasama untuk menyediakan bibit talas beneng dan Diklat budidaya bagi para petani di daerah Lampung, Palembang, Medan serta daerah-daerah lainnya.

Ardi Maulana berharap dalam periode pemerintahan RI Presiden Jokowi dan Gubernur Wahid Halim di Pandeglang Banten dapat berdiri pabrik tepung dan tembakau talas beneng dan varian produk turunan dari talas beneng.

Agar petani lebih giat dan bersemangat untuk menanam talas beneng sebagai tanaman utama maupun tumpang sari, serta lebih meningkat perekonomiannya.

Semoga para pemuda milenial di Pandeglang Banten khususnya dan Indonesia umumnya lebih mencintai pertanian, menghijaukan bumi, mengembangkan Budi daya talas beneng sebagai produk unggulan. Masyarakat dapat lebih memanfaatkan lahan tidur untuk budidaya produktif tersebut karena memiliki nilai ekonomi tinggi.

Budi daya talas beneng jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan dapat lebih meningkat hasil panennya. Dan akan berdampak pada terbukanya peluang kerja untuk ibu-ibu, lansia, disabilitas maupun masyarakat yang terkena imbas PHK akibat pandemi.

“Semopa budidaya talas beneng tersebut dapat menjadi salah satu terobosan positif untuk ketahanan pangan lokal, khususnya dan negara kesatuan RI umumnya,” pungkas Ardi. (Lili).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait