IPNU-IPPNU Menyongsong NU 1 Abad

  • Whatsapp

Caption:
Penasehat fraksi partai Nasional Demokrat (NasDem) DPRD provinsi Jatim H Muzammil Syafii SH MSi
PASURUAN, beritalima.com|
Nadhlatul Ulama (NU) akan memasuki usia yang ke 100 dihitung dari kelahirannya yang jatuh pada tanggal 16 Rajab 1344 H, dan sekarang memasuki Rajab 1444 H. Namun apabila dilihat dari tahun Masehi, NU lahir tanggal 31 Januari 1926 dan saat ini sudah memasuki 31 Januari 2023, berarti NU berusia 97 tahun. Namun sebagai organisasi keagamaan, NU lebih memilih hitungan tahun Hijriyah sehingga usia NU memasuki usia 100 tahun.

Demikian penjelasan yang disampaikan oleh anggota DPRD provinsi Jatim H Muzammil Syafii SH MSi Menanggapi perayaan seabad NU berdiri di negara Indonesia.

“Banyak analisis yang menyebutkan bahwa Indonesia pada tahun 2030 sampai 2050 diprediksi akan memimpin dunia dengan beberapa indikator, diantaranya adalah Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Negara-Negara Maju (OECD), memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai U$ Rp 8,89 triliun dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Prediksi tersebut dilatarbelakangi, pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif akan mencapai 64 persen dari total penduduk sekitar 297 juta jiwa,” terang mantan wakil bupati Pasuruan dua periode ini.

Penasehat fraksi partai Nasional Demokrat (NasDem) DPRD provinsi Jatim tersebut menuturkan, menyongsong kemungkinan Indonesia kelak akan menjadi Raksasa Dunia, maka kiranya harus dipersiapkan sejak kini, terutama sekali meningkatkan Sumberdaya Manusianya.

“Karena kemajuan Indonesia sangat tergantung pada bagaimana mempersiapkan SDM dan disinergikan dengan SDA yang ada di Indonesia, sehingga mampu bersaing dengan penduduk dunia yang lain dan layak memimpin dunia. NU sebagai bagian dari bangsa Indonesia mempunyai tanggung jawab dan peran yang sangat besar, karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah warga NU,” sambung anggota komisi A DPRD provinsi Jatim ini.

Menurut Muzammil, NU memiliki kemampuan untuk memajukan Indonesia, termasuk memasuki era satu Abad. NU telah dipersiapkan jauh sebelum ini. Harlah NU yang bertemakan Merawat Jagat, Membangun Peradaban, sesuai dengan prinsip awal bahwa NKRI harga mati.

“Artinya mempertahankan eksistensi NKRI menjadi kewajiban organisatoris NU. Pengurus dan Anggota bersikap sami’na wa atho’na (patuh total) pada Jam’iyah NU. Upaya menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan analisis, sebagai akibat penerapan Pancasila secara murni dan konsekuen serta Bhinneka Tunggal Ika yang dihargai secara utuh, namun tidak kalah pentingnya bahwa faham keagamaan yang diikuti oleh sebagian besar bangsa Indonesia adalah faham Ahlussunnah Wal Jamaah, dengan mengikuti salah satu Madzhab (Maliki, Hanafi, Syafii dan Hambali), sebagian dari mengikuti madzhab Syafii seperti yang diikuti oleh Jam’iyah NU,” sebutnya.

Muzammil mengungkapkan bahwa Keberhasilan memanage
organisasi terbesar di dunia ini, dan mampu mempertahankan NKRI, dengan jargon NKRI Harga Mati, menarik perhatian para pemimpin dunia bagaimana Negara sebesar Indonesia dengan banyak pulau, banyak etnis, banyak agama tidak terjadi perpecahan.

“Ketua Umum NU, baik saat KH Hasyim Muzadi dengan Icis-nya, KH Said Agil Siroj, apalagi KH Yahya Cholil Staquf dengan misi diplomasi ke beberapa Negara yang puncaknya diselenggarakannya Forum Religion of Twenty (R20 ) di Bali. Sebuah forum untuk menyatukan visi perdamaian dunia melalui tokoh agama, NU telah mampu menularkan sikap moderasi beragama di Indonesia ke seluruh dunia, dalam upaya mengakhiri radikalisme dan kekerasan yang mengatasnamakan Agama, untuk meraih perdamaian dunia,” tandas.

Sikap dan program NU di 100 tahun ini harus ditangkap sebagai peluang untuk memajukan NU, memajukan bangsa Indonesia dan meraih kepemimpinan dunia, serta harus diikuti dan dipersiapkan oleh semua komponen NU, termasuk Lembaga dan Badan Otonom NU, ada Muslimat, ada Ansor, ada Fatayat dan IPNU-IPPNU dan lain lain.

“Kira-kira apa yang harus dipersiapkan, terutama sekali bagi Badan Otonom semacam IPNU- IPPNU dalam menyongsong NU satu Abad ini. Tentunya sebagai organisasi berada di bawah naungan NU yang bergerak di sektor Pendidikan, mempunyai nilai dan posisi yang strategis bagi upaya meningkatkan kualitas SDM NU yang memang harus dimulai dari IPNU-IPPNU. Karena bonus Demografi ada pada usia IPNU- IPPNU 17 sampai 25 tahun. Maka IPNU-IPPNU harus mampu mempersiapkan diri memegang tampuk kepemimpinan di masa depan, oleh karenanya kaderisasi menjadi isu strategis yang harus digarap secara serius, agar terwujud kader NU yang militan dan profesional,” paparnya.

IPNU-IPPNU sudah mampu mendistribusikan kadernya di semua jurusan di Perguruan Tinggi, tidak hanya tersentralisir di fakultas Keagamaan, tapi juga harus masuk di fakultas Sosial dan Eksakta. Memadukan lulusan Pondok Pesantren dan Perguruan tinggi menjadi suatu keharusan, satu sisi Kader yang kelak tampil di Syurya tidak mutlak harus lulusan Pondok Pesantren, karena NU ini adalah pesantren besar yang harus di-manage, dinahkodai oleh lulusan Pesantren sebagai Rois Syurya-nya.

“Sementara sebagai pelaksana Program (Tanfidziah Yah) cukup dipegang oleh lulusan Perguruan Tinggi dengan syarat faham Aswajanya yang terukur. Era milenium ini ditandai dengan makin tergantungnya masyarakat pada teknologi digital, maka IPNU-IPPNU perlu mempersiapkan tenaga terampil IT yang mampu memasarkan jam’iyah NU dan da’wah NU secara digital ke seluruh segmen dan seluruh penjuru pelosok dunia. Sementara ini NU masih kalah dengan kelompok lain yang sudah lama eksis da’wahnya melalui digital.
Penanggkalan faham intoleran dan radikal menjadi isu yang utama dalam rangka membangun peradaban dunia, oleh karenanya perlu ada konsep dan langkah konkrit dalam memahamkan Aswaja secara gampang dan yang mudah diterima oleh Generasi muda. Sementara generasi ini banyak mengkonsumsi suguhan yang mengarah pada wahabisme dan khawarij,” pungkasnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait