Kendalikan Penangkapan Kerang, Nelayan Sidoarjo Kenali Skema HCR

  • Whatsapp

beritalima.com –  Penangkapan kerang yang tidak terkendali tentunya akan menyebabkan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan, dimana dampak paling besar yang mungkin terjadi adalah kepunahan jenis komoditas tersebut di alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian penangkapan dengan skema aturan pengendalian penangkapan Harvest Control Rules (HCR). Di Kabupaten Sidoarjo saat ini nelayan mulai mengenal skema HCR mengatasi kepunahan kerang di laut.

Fisheries Science Officer,World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Adrian Damora, Kamis (26/1) mengatakan, HCR merupakan salah satu alat penting dalam pengelolaan perikanan modern dan juga merupakan kebutuhan pemenuhan persyaratan sertifikasi ekolabel. Ketersediaan informasi ilmiah mutlak dibutuhkan dalam menghasilkan skema HCR. Hal ini tentunya membutuhkan data-data ilmiah yang berbasis dari sejarah penangkapan perikanan objek, di antaranya tren produksi dan upaya penangkapan yang selama ini terjadi di lokasi pemanfaatan. Di Kabupaten Sidoarjo ketersediaan data historical catch ini sangat minim, sehingga dibutuhkan penggalian data melalui rekonstruksi penangkapan.

Sisi timur Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan langsung dengan laut menjadikan perikanan sebagai salah satu sektor perekonomian andalan di kabupaten tersebut. Salah satu komoditas perikanan yang banyak dimanfaatkan, khususnya Kecamatan Sedati, adalah kerang. Hasil pra survei yang dilakukan oleh tim Perikanan Tangkap WWF-Indonesia, menyebutkan pemanfaatan kerang di kabupaten ini sudah dilakukan sejak era 1990-an.

Menurutnya, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia yang hidup di wilayah pesisir kabupaten ini, tentunya juga meningkatkan upaya penangkapan komoditas kerang. Kondisi pemanfaatan ini didukung pula dengan habitat hidup kerang yang bisa dikatakan dekat dengan pantai, sehingga komoditas ini sangat potensial untuk terus dimanfaatkan.

WWF-Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo, serta Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Jawa Timur mengadakan pelatihan penggalian data dan analisisnya dalam mendukung kajian HCR untuk komoditas kerang di Kabupaten Sidoarjo. Pelatihan telah diadakan pada tanggal 9 dan 10 Januari 2017, bertempat di Kampus C Universitas Airlangga, Surabaya dengan melibatkan 22 peserta yang terdiri dari staf pengajar Universitas Airlangga, mahasiswa Universitas Airlangga dan Universitas Trunojoyo, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo, anggota KPI Jawa Timur, serta nelayan penangkap kerang.

Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan terkait pentingnya kajian HCR terhadap komoditas kerang di Kabupaten Sidoarjo serta melatih institusi pendidikan tinggi dalam proses pengambilan dan analisis data kajian HCR.

Pelatihan ini diisi materi mengenai proses kajian HCR, mulai dari latar belakang HCR, pengambilan data, analisis data, sampai dengan implikasi hasil analisis dalam kebijakan. Semua materi yang diberikan difasilitasi oleh WWF-Indonesia. Selama dua hari penyelenggaraan pelatihan, peserta merasa pemahamannya meningkat terkait dengan perlunya pendataan penangkapan yang rutin sebagai basis dasar dalam penentuan kebijakan pemanfaatan komoditas perikanan. Seluruh pemangku kepentingan yang hadir pun menyepakati untuk berkolaborasi dalam perbaikan pencatatan penangkapan kerang, penggalian data historical catch dan penyusunan skema HCR dalam kebijakan pemanfaatan kerang di Kabupaten Sidoarjo.

Universitas Airlangga berkomitmen untuk mengordinasikan kajian ilmiah dari penyusunan skema HCR pemanfaatan kerang di Kabupaten Sidoarjo, tentunya dengan dukungan penuh dari pemangku kepentingan yang lain. Kolaborasi ilmiah ini diharapkan dapat menjawab tantangan penerapan kebijakan pemanfaatan yang selama ini masih jauh dari basis keilmiahan. WWF-Indonesia juga akan mengawal penuh proses ini, agar pengaturan pemanfaatan sumber daya kerang di Kabupaten Sidoarjo bisa terwujud serta mendapatkan sertifikasi ekolabel agar dapat bersaing di pasar global. (jal

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *