Komitmen Para Raja Tetapkan Tiap Rabu Refleksikan Pancasila

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Sebagai komitmen para Raja, Sultan, dan Pemangku Adat, menetapkan tiap Rabu sebagai hari yang baik untuk merefleksikan kepahaman dan manifestasi falsafah Pancasila dalam setiap warga negara.

Demikian hal itu diucapkan Shri Lalu Gde Pharmanegara Parman, Eksekutif Nasional Asosiasi Kerajaan dan Keraton Se – Indonesia (EN AKKI), Rabu (14/11/2018) saat Lounching dan Meresmikan “Balai Dayabudi Pancasila”, di Kantor AKKI sendiri, Gedung Arva Lt.5, Cikini, Jakarta.

“Untuk itulah, kita mengalokasikan waktu secara istiqamah menjadikan hari Rabu sebagai saat tepat untuk kajian Pancasila secara mendalam, menyeluruh, dan multidisiplin,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu hadir Gema Gong Pancasila, Laskar Palapa, Kolokium Ideologi Bangsa, dan organ kerakyatan lainnya, yang bertekad terus menjadikan Pancasila sebagai anugerah.

Lebih lanjut persoalan pemahaman pancasila yang terus disosialisasikan kepada masyarakat melalui pendekatan Negara. Karena Negara harus hadir baik melalui Sosialisasi MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika maupun melalui Badan Pengelola Ideologi Pancasila (BPIP).

Ironis pemahaman Pancasila yang terus disosialisasikan oleh Negara dengan anggaran yang cukup besar, namun gesekan horizontal pada masyarakat majemuk kerap terjadi. Hal ini perlu pemahaman masyarakat terhadap Pancasila benar – benar memahami dengan serius.

“Pancasila harus menjadi kebiasaan bangsa Indonesia selesai menyanyikan lagu Indonesia raya pada acara seremonial dan membacakan teks Pancasila secara bersama – sama,” kata Wardi, Pimpinan Nasional Gema Gong Pancasila.

Lebih jauh diungkapkan Ramana Pamuka Alam, dari Ciamis, terhadap pemikirannya yang lama terpendam dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Keimanan Pancasila” edisi pertama oleh Penerbit Kalam Nusantara, Depok, 2016. Merindukan kejayaan Nusantara masa lalu yang disatukan oleh pendahulu bangsa. Kebesaran itu terbentang dengan hamparan pulau – pulau, kekayaan alam dan kebudayaan.

“Kini, bangsa besar berada pada titik nadhir, kekacauan dimana – mana. Konflik suku hingga perang saudara sampai tak permah terhindarkan. Ikrar dan janji yang suci yang dulu pernah diucapkan dan menjadi ikatan cinta suci diantara kita semua sebagai anak bangsa telah hancur dan nyaris lenyap,” tandasnya.

Menurutnya sebagai anak bangsa yang akan mengembalikan semangat persaudaraan yang penuh dengan cinta kasih ini sebagai penopang Nusantara, Keimanan Pancasila sebagai solusinya. Di dalamnya katanya merangkum segala apa yang dibutuhkan secara mendesak bagi persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *