Memaknai Perdamaian Aceh, Masih Ada Poin – Poin Yang Tidak Bisa Dilaksanakan

  • Whatsapp
Jpeg

JAKARTA, beritalima.com – Pemuda Aceh yang ada di Jakarta, yang tergabung dalam Forkop Mabir, Lampu Abdya, KMP Aceh Darussalam, Found Oentuk Bantuan Aceh (FOBA), APA Jakarta, dan IMAPA. Mengharapkan agar Aceh harus saling bahu membahu dan sama sama berfikir positif untuk menjadikan Aceh yang lebih baik.

Demikian hal itu diucapkan Agus Salim, Ketua Panitia saat Dialog Publik Memaknai Perdamaian Aceh, 14 tahun MoU di Helsinki antara Pemerintah RI dengan GAM, Rabu (14/8/2019) Wisma Aceh, Gondangdia, Menteng, Jawa Timur.

Hadir pada kesempatan itu sebagai narasumber, diantaranya adalah Menteri Agraria dan Tata Ruang Dr. Sofyan A. Djalil, SH., MA., M.ALD; Mr. Juha Cristinsen (Pengamat dan Pendukung Perdamaian Aceh); Prof. DR. Dr. Hafidz Abbas (Peneliti HAM); Ahmad Taufik Damanik (Ketua Kornnas Ham RI); dan H. Fahrul Razi, MJP (Senator DPD RI Dapil Aceh; Muhammad Nazar,S.Ag (Aktivis SIRA), Muhammad Daud Beureueh (KKR Aceh.

Sementara dijelaskan Fahrul Razi, terhadap 14 tahun MoU perjanjian Helsinki antara Pemerintah RI dengan GAM, harus menjadi perhatian Aceh terhadap anak – anak yang berusia 14 tshun – 43 tahun. Ia pun mengkhawatirkan dampak politik, maka dari itu ia mengajak anak anak mahasiswa untuk membuat narasi perdamaian, bagaimana referensi Aceh menjadi indikator keberhasilan negara dalam menyelesaikan konflik Aceh.

“Yang harus digarisbawahi, kita harus saling percaya dan tidak lagi berfikir negatif melainkan berfikir positif. Tidak ada lagi yang mengatakan RI adalah penjajah, dan tidak ada lagi mengatakan GAM separatis,” tegas Fahrul Razi kepada audien di dalam forum.

Sementara dijelaskan Fahrul Razi, dalam memaknai perdamaian Aceh, masih ada point – point yang tidak bisa dilaksanakan, belum lagi ada penumpang gelap sampai melakukan tindakan korupsi. ddm

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *