Mengenal Desa Panjunan, Sentra Industri Keranjang Ikan Sejak Puluhan Tahun

  • Whatsapp
Salah satu pengrajin Dobong atau keranjang ikan di Desa Panjunan Kecamatan Duduksampean.(*)

GRESIK,beritalima.com- Dobong’ atau keranjang ikan yang terbuat dari bambu berukuran jumbo yang kerap dijumpai kala petani tambak memanen ikan atau nelayan yang menggunakan keseharian untuk mengangkut hasil ikan tangkapan dari perahu ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Desa Panjunan kecamatan Duduksampean Gresik ternyata menjadi Central Industri Kerajinan Tangan ‘Dobong’ Keranjang ikan dari puluhan tahun silam. Dobong itu dibuat untuk mensuplay kebutuhan di beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Jawa Timur.

Setiap harinya ribuan dobong dihasilkan dari warga Desa Panjunan, Meski mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, namun hampir 70% warga membuat dobong (keranjang). Sedikitnya 250 Kepala Keluarga yang aktif setiap hari melakukan pekerjaan menganyam bambu. Pekerjaan dilakukan dua orang dengan tugas masing-masing agar bahan dari bambu bisa dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah keranjang besar yang lebih dikenal dengan nama ‘Dobong’ tersebut.

Mula-mula bahan dari bambu utuh yang berukuran panjang 6,5 meter(650cm) dengan diameter 8-10 cm di belah menjadi 7-8 bagian dengan lebar 2-3 cm untuk kemudian dibelah lagi tipis – tipis dengan tebal 1-1,5mm atau biasanya satu bagian di belah lagi menjadi 5 bagian tipis.

Namun Bambu sepanjang 650 cm di potong dulu sepanjang 180cm untuk alas sisanya untuk anyaman dinding. Setelah bambu menjadi tipis-tipis tadi Kemudian dirangkai dengan cetakan yang bernama ‘JABEL’ dengan diameter lebar atas 50 cm diameter bawah 40cm dan tinggi 45 cm

Dengan dibantu cetakan (Jabel) tadi, para perajin mulai merajut dan merangkai satu persatu lembaran tipis dari bambu tersebut sedemikian rupa hingga menjadi keranjang dobong’ ikan yang selama ini dibutuhkan oleh petani tambak saat panen maupun oleh para nelayan untuk mengangkut hasil ikan tangkapan.

Seorang wanita yang sudah berumur bernama Asti usia 59 tahun tampak menganyam dan merajut bambu di teras rumahnya. Asti mengaku melakukan pekerjaan membuat ‘dobong’ ini sejak kecil dan merupakan keahlihan yang didapat dari nenek moyang atau sudah turun temurun.
“ saya membuat dobong sejak kecil dan sudah turun temurun warisan dari nenek moyang terdahulu” uajrnya saat ditanya.

Pernyataan itu diperkuat oleh Sidik, perangkat desa Panjunan yang menjabat sebagai Kaur Umum. Seperti dirinya selesai menjalankan tugas melayani masyarakat. Malam harinya dirinya juga merajut dan merangkai bambu-bambu tersebut menjadi sebuah ‘dobong’ keranjang ikan.
“Semua warga di sini (Desa Panjunan) melakukan pekerjaan tersebut. Bahkan saya sendiri dan semua remaja disini mulai seusia SMP, sudah belajar sehingga rata-rata mereka sudah menguasai dengan baik (mahir) dalam membuat ‘dobong’ keranjang ikan tadi” jelasnya.

“Saking lihainya dalam satu hari satu kepala keluarga bisa menghasilkan 20 biji ‘dobong’ keranjang ikan. Tinggal mengalihkan saja, jika yang aktif 130 KK saja maka satu hari akan dihasilkan 2600 biji ‘dobong’ keranjang” imbuhnya.

Untuk memasok bahan baku berupa bambu warga sudah tidak perlu khawatir lagi. Di desa Panjunan ada beberapa pengepul yag menyediakan Bambu dan juga menampung hasil ‘dobong’ keranjang ikan mereka. Untuk di salurkan ke beberapa daerah di jawa timur dan kota-kota besar lainnya sesuai permintaan.

Sementara Kepala Desa Panjunan, Nursilah, SE merasa bersyukur karena warganya memiliki keahlihan dalam membuat ‘dobong’ keranjang ikan yang sudah ada sejak nenek moyang sehingga warganya bisa mandiri tidak mengantungkan diri pada pekerjaan di pabrik.

“Alhamdulillah, warga desa disini sangat produktif dengan adanya kerajinan tangan atau keahlian dalam membuat keranjang. Tahun 2019 lalu dimasa pandemi Covid-19 dimana semua sektor industri tiarap dan banyak usaha terdampak. Warga desa Panjunan tetap eksis dengan produksi keranjang dan tidak ada istilah menganggur. Mereka tetap bekerja mandiri di rumah masing-masing” jelas Nursilah kepada wartawan. (16/8/2023).

Nursilah berharap ketersediaan bahan baku tetap lancar, sehingga warga bisa tetap bekerja membuat ‘dobong’ keranjang ikan. Karena jika bahan baku terlambat datangnya maka mereka tidak bisa bekerja.

“semoga bahan baku tetap tersedia meskipun kita tahu keberadaan pohon bambu semakin berkurang. Untuk saat ini bahan baku disuplay dari Madura, Tuban dan Lamongan masih cukup.” Imbuhnya.

Produk jadi ‘dobong’ keranjang ikan tersebut dikirim untuk memenuhi permintaan ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Pasar Ikan Lamongan, TPI Brondong Lamongan, TPI Weru Lamongan, TPI Campurejo, TPI Lumpur Gresik, Pasar Pabean Cantikan Surabaya dan beberapa kota seperti Pasuruan dan Probolinggo.

Dobong –dobong keranjang ikan tersebut dijual ke pengepul dengan harga kisaran 370 ribu hingga 400 ribu per bandel. Satu bendel isi 20 biji ‘dobong’ keranjang ikan. (*)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait