Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Wisata Menonton Ikan Paus

  • Whatsapp

KUPANG, beritalima.com – Menonton paus dan lumba – lumba (Setasea) di alam liar adalah industri yang berkembang pesat dengan keuntungan lebih 1,5 miliardolar US setiap tahunnya.
Perairan Provinsi NTT memiliki habitat perairan laut dalam serta menjadi wilayah perlintasan 18 jenis paus, termasuk 2 spesies paus yang langka dan kharismatik yaitu Paus Biru (Balaenoptera Musculus) dan Paus Sperma (Physeter Macrocephalus). Hal ini masih ditambah dengan kontur kedalaman laut perairannya sangat potensial untuk menjadi untuk menjadi akses pengamatan paus.
Kesemua hal ini akan memberi kontribusi bagi upaya pencapaian tekad Pemerintah untuk menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata serta keinginan mewujudkan NTT sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia pada tahun 2018.
Hal inilah yang kemudian dibahas dalam Lokakarya Rencana Induk Pengembangan Wisata Minat Khusus Menonton Paus dan Lumba-Lumba – Lumba di Provinsi NTT yang dilaksanakan di Kupang, Kamis (15/6) yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata NTT bekerjasama dengan The Nature Conservancy di Hotel Swiss Bellin Kristal.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah paus merupakan spesies karismatik yang dilindungi sesuai regulasi internasional, maka setiap pengembangan kegiatan menonton paus di perairan Indonesia harus dilakukan dalam kerangka manajemen yang ketat. Tanpa pedoman yang memadai, yang ditaati oleh seluruh stakeholders, masyarakat dan wisatawan, maka kegiatan ini dapat mengancal kelestarian populasi paus yang melintas perairan NTT.
Hal yang ingin dicapai pada lokakarya ini adalah mensosialisasikan draf rencana pengembangan dan rencana bisnis menonton paus dan lumba – lumba kepada stakeholders terkait di Provinsi NTT serta menjaring masukan untuk penyempurnaan draf rencana pengembangan dan rencana bisnis menonton paus dan lumba – lumba di Provinsi NTT.
Lokarya ini menghadirkan Pembicara dari Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Pariwisata RI, Pemprov NTT dan Ahli Cetacean Benjamin Khan.
Kadis Pariwisata NTT, Marius Jelamu dalam jumpa pers mengatakan, penangkapan ikan paus tradisional di Lamalera itu sudah menjadi satu brending pariwisata kita, namun bagi wisatawan asing khususnya wisatawan Eropa, Amarika, Australia mereka sangat tidak suka melihat perburuan hewan mamalia. Disisi lain, budaya penangkapan ikan paus adalah suatu budaya Lamarea yang sudah ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang sangat melekat dengan masyarakat Lamalera.
Tapi bagi wisatawan asing seperti Eropa, Amarika, Australia, mereka tertarik dengan budayanya. Tidak tertarik dengan penangkapan ikan pausnya, karena di sana ada pembunuhan, penikaman dan mereka pada umumnya menghindari itu tapi mereka tertarik dengan budayanya. Karena itu yang dikembangkan kedepan di NTT adalah menonton ikan paus yang ada di Laut Sawu di seluruh NTT.
NTT sudah masuk dalam peta perjalanan wisata dunia dengan lancarnya konektivitas laut, udara dan darat dengan Negara Timor Leste.
“ NTT itu sangat terbuka menjadi wilayah yang sangat terbuka sehingga kekayaan – kekayaan pariwisata kita menjadi potensi – potensi ekonomi yang kita promosikan ke dunia. Dan worskhop hari ini secara khusus mendusikusikan bagaimana master plan secara bisnis pengembangan wisata menonton ikan paus,” ujarnya.
Dalam Workhsop tersebut, Ahli Ikan Paus, Benjamin Khan menjelaskan bagaimana kondisi – kondisi yang ada di Laut Sawu sehingga ini menjadi standing point untuk kita kedepan bagaimana mengembangkan wisata menonton ikan paus, tentu tidak hanya pemerintah. Pelaku usaha inilah yang nanti akan berperan.
“ Kalau kita mengembangkan budaya menonton ikan paus, sarana prasarana disiapkan, yakni kapal, gait dan regulasinya, ada standar – standar keamanannya,” kata Marius. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *