Mulyanto Minta Jokowi Berantas Mafia Bisnis Tes PCR

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VII DPR RI, Dr H Mulyanto meminta Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyelidiki secara serius penyebab mahalnya harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di dalam negeri.

Untuk tes PCR di Indonesia diketahui sepuluh kali lebih mahal dibanding negara lain seperti India.

Di India, biaya tes PCR Rp 56.000 pasien, di Indonesia biaya PCR sekitar Rp 850.000,-.

Mulyanto menilai, ketimpangan harga yang besar ini harus dicermati. Jangan sampai masyarakat menjadi korban eksploitasi mafia bisnis kesehatan, yang mencari untung besar di tengah krisis.

 

World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan Pemerintahan Jokowi mencontoh India menangani Covid-19. India sudah terbukti mampu menurunkan kasus positif harian secara drastis salah satunya dengan memperbanyak tes.

 

“Negara itu dengan jumlah penduduk jauh lebih banyak dari Indonesia mampu melaksanakan tes secara masif, karena biayanya yang sangat murah Rp 56 ribu/pasien. Sedangkan di Indonesia bisa sepuluh kali lipat,” tegas Mulyanto kepada Beritalima.com, Sabtu (14/8) petang.

 

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini meminta Pemerintahan Jokowi harus bisa menjelaskan kenapa tes PCR di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan dengan India. Padahal bahan dan prosedur pemeriksaannya hampir sama.

“Sebagai wakil rakyat, saya meminta Pemerintah memeriksa semua alur pengadaan perangkat PCR dan proses distribusi ke klinik penyelenggara pelaksana tes PCR. Bila terbukti ada yang coba mencari keuntungan berlebih bisa segera diambil tindakan hukum,” desak Mulyanto.

 

Terkait dengan ketergantungan impor terhadap reagen dan bahan kimia penunjang tes PCR lainnya, wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten itu meminta Pemerintah ke depan terus mengembangkan industri petrokimia dalam negeri. Kilang minyak Tuban dengan industri petrokimianya masih mandeg.

 

Jokowi juga harus perkuat ekosistem dan infrastruktur riset dasar bidang industri dan enzim molekular (industrial and molecular enzyme) serta bidang kimia sintetik (chemical synthesis) sehingga Indonesia mampu memproduksi reagen dan bahan kimia lainnya sehingga tidak tergantung impor bahan yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat.

 

Buat jangka pendek, Pemerintah perlu mengatur ketentuan impor reagen dan bahan lain pendukung PCR ini sedemikian rupa, sehingga dapat menekan harga tes PCR.

Misalnya menugaskan BUMN membeli reagen dalam jumlah besar dan komitmen jangka panjang agar harga dapat ditekan.

 

“Untuk mempercepat waktu testing, ke depan, Pemerintahan Jokowi harus memperbanyak laboratorium tempat tes PCR, yakni lab Bio Safety Level 2 (BSL-2),” demikian Dr H Mulyanto. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait