Mulyanto Sebut Jokowi Penting Kembangkan Vaksin Merah Putih

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Wacana vaksin dosis ketiga semakin santer menyusul studi para peneliti China yang menemukan fakta, tingkat kekebalan vaksin mengalami penurunan setelah enam bulan disuntikkan.
Karena itu, Pemerintah dibawah pimpinan Presideen Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan vaksin Moderna sebagai booster dosis ketiga untuk tenaga kesehatan (nakes).

Menanggapi hal tersebut, politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr H Mulyanto M.Eng mengatakan, sekarang sudah saatnya kita sebagai anak bangsa menggenjot pengembangan vaksin domestik, agar tak bergantung pada vaksin impor seperti yang terjadi selama ini.

Apalagi, ungkap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Pembangunan dan Industri tersebut kepada Beritalima.com di Komplek Parleemen Senaya, Jakarta, Senin (2/8) siang, vaksinasi Covid-19 ini diperlukan pengulangan secara regular dalam beberapa tahun sekali.

Karena itu, wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banteen itu mengingatkan Pemerintahan Jokowi, kebutuhan vaksin ke depan akan jauh lebih banyak. Apalagi bila vaksinasi Covid-19 ini diperlukan pengulangan secara regular dalam beberapa tahun sekali. “Pemerintah harus pintar menggunakan anggaran agar semua kebutuhan terpenuhi dengan baik.”

Anggota Komisi VII DPR RI tersebut melihat antusiasme warga terhadap vaksinasi ini cukup tinggi. Beberapa Kepala Daerah mengeluhkan mereka kehabisan vaksin. Neraca vaksin dan stok yang ada di BUMN Bio farma relative tipis untuk menyangga target 1 juta bahkan 5 juta dosis per hari.

“Jadi memang, selayaknya Pemerintah menggenjot pengembangan Vaksin Merah Putih dengan memenuhi kebutuhan sumber daya dan sarana riset yang diperlukan termasuk untuk uji klinis dan produksi massalnya,” kata pemegang gelar Doktor Nuklir dari Tokyo Institute of Technology (Tokodai), Jepang 1995

Para peneliti vaksin Indonesia, jelas mampu berinovasi untuk itu. Tim dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Tim Universitas Airlangga di bawah koordinasi Konsorsium Riset Covid-19, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga yang memperlihatkan kinerja terdepan.

Mulyanto menilai, penggunaan vaksin Merah Putih menjadi penting dan mendesak sebagai upaya membangun keunggulan Sumbeer Daya Manusia (SDM) dan kemandirian inovasi domestik, selain juga agar Indonesia tidak sekedar menjadi pasar bisnis vaksin semata.

Mulyanto menyayangkan bila anggaran dari utang yang terbatas terkuras habis ratusan triliun untuk membeli puluhan juta dosis vaksin impor.
“Sayangnya, Pemerintah terkesan adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin Merah Putih ini berjalan bisnis as usual. Bahkan terkesan masih maju-mundur,” kata Mulyanto.

Seperti diketahui, saat ini Indonesia memiliki 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan enam lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair dan UGM.

Yang tercepat, LBM Eijkman yang sudah menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada buan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh izin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022.

Namun, karena kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma hanya dapat memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan ragi maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait