Pandemi Corona Pengaruhi Tingginya Silpa APBD Trenggalek Tahun 2020

  • Whatsapp

TRENGGALEK, beritalima.com

Adanya pandemi virus corona yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia sejak awal tahun ini telah memberikan dampak besar terhadap sistem sosial dan ekonomi masyarakat. Termasuk pada sektor tatanan pengelolaan anggaran pemerintah baik pusat maupun daerah. Hal itu terasa pula di Kabupaten Trenggalek, diantaranya adanya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Tahun Anggaran 2020 yang tinggi.

“Adanya wabah pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020,
sehingga pelaksanaan kegiatan tidak maksimal,” kata Wakil Ketua DPRD Trenggalek, Doding Rahmadi saat dikonfirmasi pada Selasa (17/11/2020).

Menurut Doding, indikasi itu terlihat saat pihak DPRD Trenggalek melakukan evaluasi APBD 2020, sehingga mampu memperkirakan adanya Silpa sekitar 89 miliar rupiah. Alasan terjadinya Silpa yang masih tinggi salah satunya dikarenakan ada beberapa kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan.

“Selain itu, karena adanya refokusing anggaran untuk penanganan Covid-19 sehingga sejumlah kegiatan jika tetap dikerjakan akan tidak maksimal,” imbuhnya.

Lebih lanjut Politisi PDIP itu menandaskan, saat muncul Silpa maka nanti akan dialokasikan pada APBD 2021. Sehingga pada penyusunan rencana kegiatan APBD 2021 mendatang tinggal melakukan penyesuaian sekitar 1,9 triliun rupiah.

“Itu berdasarkan asumsi pada APBD 2021 yang sekitar 1,8 triliun rupiah lebih. Sehingga defisit dalam penyusunan APBD tersebut bisa ditutup dengan adanya Silpa tahun sebelumnya,” ujar dia.

Oleh sebab itu, sambung Doding, penyusunan APBD yang dilakukan tersebut merupakan pembaharuan terhadap model APBD setelah adanya refokusing untuk Covid-19.
Jadi ketika terjadi sedikit kenaikan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tahun ini mencapai sekitar 258 miliar rupiah maka tetap harus dilakukan penyesuaian. Pasalnya, setelah refocusing ada selisih antara pendapatan dan belanja daerah.

“Memang PAD mengalami kenaikan diangka 6 persen setelah adanya refocusing. Akan tetapi sejatinya malah ada penurunan sekitar 200 miliar rupiah. Karena seharusnya, target PAD adalah lebih dari Rp 300 miliar, sebab sebelum ada Covid-19 mencapai sekitar Rp 319 miliar,” pungkas Doding. (her)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait