JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPR RI Bambang Soesatyo bersyukur akad nikah puteranya, Yudhistira Raditya Pujono Soesatyo dengan Nadira Isnindiati Kuringa Kusumabrata di Lobby Kudus, Hotel Sultan, Jakarta, Senin pagi (19/8) berjalan khidmat dan penuh syukur.
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi saksi pernikahan. Sementara, Ketua BPK RI Moermahadi Soerja Djanegara memberikan sambutan mewakili keluarga besar mempelai. Turut hadir dalam acara akad nikah itu Menko Maritim Luhut Panjaitan, Menteri Pertanian Amran, Akbar Tanjung, MS Hidayat dan sejumlah tokoh lainnya.
“Tak terasa anak-anak sudah tumbuh besar dan mulai membangun rumah tangganya masing-masing. Sebagai orang tua, doa dan curahan cinta telah kami berikan sebagai bekal bagi mereka mengarungi episode kehidupan selanjutnya. Mohon doa restu dari kawan-kawan semua, Insya Allah Yudhis dan Nadira bisa membangun rumah tangga Sakinah, Mawaddah, Warohmah,” kata politisi senior Partai Golkar itu.
Dia menilai, pernikahan bukan hanya mengikat kedua insan manusia saja, melainkan juga mengikat kedua keluarga besar masing-masing mempelai. Menguatkan jalinan silaturahim, serta mengokohkan persaudaraan kebangsaan.
“Sebagai orang tua, tiada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anak bisa membangun rumah tangga dengan penuh cinta. Insya Allah Yudhis dan Nadira bisa menjadi pasangan suami-istri yang saling menghormati dan menjaga satu sama lain,” jelas politisi asal Dapil VII Provinsi Jawa Tengah ini.
Pria yang akrab disapa Bamsoet ini mengingatkan kedua mempelai, mahligai pernikahan hanya dapat melaju jika suami-istri bisa bekerja sama dalam menerjang derasnya ombak samudera kehidupan. Karena perjalanan rumah tangga tidak semudah yang dikira, namun juga tak sesulit yang disangka.
Kuncinya adalah kerjasama dan mau saling mendengar. Jangan biarkan ego masing-masing menguasai jalannya roda rumah tangga. Seperti kata Bung Karno, laki-laki dan perempuan tidak ubahnya dua sayap seekor burung.
“Jika dua sayap sama kuatnya, terbanglah burung itu sampai ke setinggi-tingginya. Jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)