Ritual Nyadran Dam Bagong, Warga Larung Kepala Kerbau

  • Whatsapp

TRENGGALEK, beritalima.com

Jaga tradisi budaya di lingkungan Dam (waduk kecil) Bagong, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, warga dengan suka cita menyambut prosesi upacara ‘Nyadran’.

Dengan antusias, masyarakat berbondong-bondong mengikuti rangkaian prosesi dengan khidmat. Sampai saat ini, ‘Nyadran’ (rangkaian budaya yang berupa upacara pembersihan suatu tempat_red) Dam Bagong masih terus digelar secara rutin tiap tahun oleh warga.

Hal ini dilakukan karena agenda adat itu dinilai sakral, seiring nilai kultur turun temurun demi mengenang jasa Ki Ageng Menak Sopal salah satu pelaku sejarah yang telah berhasil membangun sarana irigasi persawahan di Kabupaten Trenggalek.

Dengan memakai pakaian adat Jawa lengkap, Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin didampingi jajaran Forkopimda dan tokoh masyarakat turut hadir dalam kegiatan tersebut.

“Setahu saya, ‘Nyadran’ adalah serangkaian upacara adat disebagian wilayah Jawa, yang berasal dari kata sadran yaitu ritual dibulan ruwah (syakban) berupa kenduri selamatan di situs ataupun tempat-tempat leluhur,” ungkapnya pada beritalima.com, Jumat, (19/7/2019).

Sebelum prosesi upacara dilakukan, lanjut Gus Ipin panggilan akrab Bupati, menurut informasi bahwa warga disekitar lingkungan Bagong, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek sejak sore hari sebelum digelarnya acara telah berkumpul bersama para petani untuk melakukan tasyukuran.

“Setelah selamatan (tasyakuran), malam harinya kerbau yang telah disiapkan kemudian disembelih untuk kemudian keesokan harinya di arak untuk kepalanya dilempar ke dalam Dam Bagong,” imbuhnya.

Bupati muda itupun berharap, adanya tradisi yang masih ada dan dilestarikan ini jangan sampai punah tergeser oleh jaman. Masyarakat harus lebih bijak menyikapi kemajemukan budaya di Indonesia khususnya Trenggalek.

“Kita harus dukung para pelestari budaya yang kian waktu semakin berkurang. Sebagai bagian dari bangsa yang beradab sudah seharusnya kita mendukung tiap kegiatan budaya yang merupakan salah satu ciri khas dari Indonesia. Bangsa yang besar adalah yang tidak melupakan sejarah dan menghargai budayanya sendiri,” sebutnya.

Sedangkan menurut salah satu tokoh masyarakat, yang juga Ketua RT. 015, RW.005, Kelurahan Ngantru, Sumilih saat dikonfirmasi menyampaikan, seluruh warga dilingkungannya sangat mensuport adanya kegiatan Nyadran Dam Bagong.

“Dengan bergotong royong, sebelum acara prosesi Nyadran di Dam Bagong semua warga secara sukarela membersihkan lokasi makam Ki Ageng Menak Sopal,” kata Sumilih.

Ditambahkannya, para pemuda juga memberi pengaman berupa bambu seperti pagar dipinggiran Dam Bagong serta aliran sungai yang akan digunakan dalam prosesi Nyadran. Tak lupa, berbagai umbul umbul untuk semakin memeriahkan suasana juga dipasang berjajar secara rapi.

“Agar prosesi ritual tetap berjalan khidmat, lancar dan aman, semua warga ikut terlibat. Karena biasanya yang hadir bukan hanya dari wilayah Trenggalek saja, dari luar Kabupaten Trenggalek juga banyak,” ujarnya.

Secara substansial, upacara Nyadran Dam Bagong ini sebenarnya adalah salah satu wujud syukur masyarakat khususnya para petani kepada Tuhan dengan adanya kesuburan di Kabupaten Trenggalek.Tak lupa, itu juga sebagai cara untuk menghormati para leluhur di Kabupaten Trenggalek.

“Dalam rangkaian upacara adat Nyadran Dam Bagong, salah satu ritualnya yang khas adalah melempar kepala kerbau ke dalam Dam (waduk kecil) Bagong. Itu sebenarnya hanya simbolisasi dari sejarah yang diwariskan oleh Ki Ageng Menak Sopal. Dulu, dengan segala upayanya telah berhasil membangun pusat irigasi di Trenggalek,” pungkas Sumilih. (her)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *