Tim ‘Bela NKRI Tanpa Senjata’ Hidupkan Uang Mati di Kangean

  • Whatsapp

SUMENEP, beritalima.com – Selama 2 hari buka layanan di Pulau Kangean, Sumenep, Rabu dan Kamis (21-22/3/2018), Layanan Kas Kepulauan BI KPw Jatim berhasil menarik uang tidak layak edar (UTLE) sebanyak Rp 1.472.254.000,-.

Manager BI KPw Jatim, Yonatha F Warae, mengatakan, UTLE sejumlah itu ditarik melalui perbankan dan langsung dari masyarakat.

Dari perbankan yang ada di Pulau Kangean, yakni Bank Jatim dan BRI, sebanyak Rp 1.035.000.000,-. Sedangkan yang langsung dari masyarakat sebesar Rp 437.254.000,-.

Sedangkan dari uang Hasil Cetak Sempurna (HCS) yang dikeluarkan BI, sesuai yang diminati masyarakat, didominasi uang kertas pecahan seribuan dan dua ribuan rupiah.

Yonatha mengatakan, penarikan UTLE di Pulau Kangean dilakukan dalam rangka melaksanakan clean money policy Bank Indonesia.

Dalam kegiatan Layanan Kas Kepulauan ini, BI mengeluarkan uang HCS dengan harapan ditukar oleh masyarakat dengan uangnya yang sudah tidak layak edar.

Dengan demikian, lanjut Yonatha, rupiah yang beredar tetap segar dan dicintai masyarakat, termasuk yang ada di daerah terpencil.

Menghidupkan Uang Mati.

Dari total UTLE Rp 1.472.254.000,- yang sudah ditarik BI dari Pulau Kangean ini, Rp 20.170.000,- di antaranya berupa uang logam, pecahan Rp 500,- dan Rp 1.000,-an.

Keterangan dari masyarakat yang didapat beritalima.com yang mengikuti ekspedisi Layanan Kas Kepulauan ini, di Pulau Kangean ini peredaran uang logam terutama yang lima ratus rupiah dan lebih-lebih yang warna kuning (emisi 1997) banyak ditolak masyarakat.

Banyak pedagang yang menolak uang logam limaratus rupiahan, sebaliknya konsumen pun hampir pasti tidak mau menerima pengembalian belanja dengan uang ‘recehan’ itu. Untuk pengembalian belanja, mereka lebih memilih permen daripada uang logam.

Macam-macam alasan masyarakat Pulau Kangean menerima uang logam limaratus rupiah itu. Ada yang mengatakan karena nilainya kecil, bawaannya berat, lebih suka uang kertas, dan diisukan sudah tidak laku.

Dan sejumlah Rp 20 juta lebih uang logam yang ditukarkan sebagian pedagang saat ada Layanan Kas Kepulauan BI ini merupakan hasil dari yang mereka kumpulkan/terima dari pembeli sepeninggal Layanan Kas Kepulauan BI sebelumnya pada Desember 2017 lalu.

Menanggapi karakter masyarakat Pulau Kangean terhadap uang logam seperti itu, Yonatha mengatakan, perputaran uang logam di kepulauan ini tidak berjalan lancar. Dari uang logam yang dikumpulkan sebagian masyarakat (pedagang) ini, menurutnya, merupakan uang mati.

Maksud Yonatha, uang logam tersebut diterima pedagang dan dikumpulkan, tidak diedarkan kembali karena ditolak masyarakat (konsumen).

“Nah dengan adanya Ekspedisi Layanan Kas Kepulauan ini berarti BI menghidupkan kembali uang mati,” ujar Yonatha.

Program Layanan Kas Kepulauan ini merupakan inisiatif BI untuk meningkatkan perluasan jangkauan ke seluruh wilayah NKRI, terutama di wilayah terdepan, terluar, dan terpencil.

Untuk melaksanakan program ini BI bekerja sama dengan TNI-AL. Selain ke Pulau Kangean, Tim Ekspedisi Layanan Kas Kepulauan kali ini juga siap menjangkau Pulau Sapeken, Pulau Kalambau atau Pulau Matasiri, dan terakhir Pulau Karumputan pada 26 Maret 2018.

Di Pulau Kangean, selain melayani penukaran uang, Tim Ekspedisi Layanan Kas Kepulauan BI KPw Jatim juga melakukan sosialisasi ke aparat pemerintah, masyarakat, dan perbankan.

Saat ini, Jumat (23/3/2018), Tim Bela NKRI Tanpa Senjata ini tengah menjalankan misinya di Pulau Sapeken, Sumenep, setelah sempat tertahan lebih dari 5 jam di perairan Kangean karena tingginya ombak. (Ganefo)

Teks Foto: Layanan Kas Kepulauan BI Jatim di Pulau Kangean, Sumenep. Jumat (23/3/2018) Layanan Kas Kepulauan dilanjutkan di Pulau Sapeken.

beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *