Kedelai Impor Untuk Pembuatan Tempe, Memicu Kanker serviks?

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com|
Sebenarnya Indonesia sangat kaya Raya, berbagai tanaman tumbuh sangat subur, sehingga Indonesia mendapat julukan Swarna Dwipa.

Baik padi sebagai kebutuhan pokok, kedelai, gandum memiliki kualitas yang sangat baik. Namun entah mengapa para pemegang kekuasaan sangat gemar membeli produk dari luar negeri, meskipun kualitas barang-barang tersebut tidak sebaik produk Indonesia.

Termasuk diantaranya, kedelai impor dari Amerika Serikat. Kedelai tersebut sebenarnya diperuntukkan bagi hewan ternak, bukan manusia.Tetapi di Indonesia kedelai impor yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tempe tersebut, justru dikonsumsi oleh manusia.

Kedelai impor tersebut mengandung GMO atau genetically modified organism, merupakan organisme yang dibuat menggunakan teknik rekayasa genetika untuk menambahkan sifat-sifat yang diinginkan. Misalnya, untuk meningkatkan pertumbuhan, kandungan nutrisi, atau ketahanan dari penyakit.

Menanggapi maraknya pemberitaan terkait kedelai impor yang berpotensi menimbulkan kanker serviks tersebut, anggota DPRD provinsi Jatim dr Benjamin Kristianto MARS menuturkan, bahwa penyebab kanker serviks tidak hanya dari makanan, tetapi dari sektor lainnya juga.
“Maraknya pemberitaan baik dari media sosial maupun media massa, terdengar rame-rame menyebutkan tentang makan tempe itu mengandung zat GMO. Organisme yang dimodifikasi secara genetik yang katanya membuat proses pembuatan tempenya itu menjadi lebih cepat, karena kedelainya cepat mengembang,” sebut dr Beny, panggilan akrab dr Benjamin Kristianto MARS.

Pemilik rumah sakit Sheila Medika tersebut mengungkapkan, bukan tidak mungkin mengkonsumsi tempe yang bahan bakunya dari kedelai impor tersebut juga bisa berpotensi memicu terjadinya kanker serviks.

“Jadi kalau secara pastinya saya harapkan ada suatu penelitian lebih lanjut, karena kanker itu juga bisa disebabkan oleh memang orang itu mempunyai genetik secara keturunan sebagai pengidap kanker. Kebiasaan-kebiasaan pada umumnya soal kebersihan, keputihan dan segala macam itulah yang juga menjadi salah satu penyebab terjangkit penyakit kanker serviks. Kemudian dipicu dengan adanya tempe yang mengandung GMO ini akan merangsang untuk pertumbuhan lebih cepat terjadinya kanker serviks,” terang Anggota komisi E DPRD provinsi Jatim ini.

dr Beny menegaskan, bahwa orang yang punya bakat secara genetik, kemudian dipicu dengan makanan yang mengandung GMO sehingga menimbulkan kanker servik. Nah mungkin pada orang-orang tertentu yang sudah ada bakat, itu lebih mudah terjangkit virus kanker serviks.

“Tetapi kalau orang itu tidak ada bakat, mungkin tidak apa-apa dan tetap aman untuk mengkonsumsi tempe. Yang tadi saya bilang bahwa ini perlu penelitian lebih lanjut. Apakah benar tempe yang mengandung GMO itu membahayakan bagi masyarakat,” sambungnya.

dr Beny menambahkan, sebenarnya kedelai Indonesia jauh lebih bagus kualitasnya, baik kandungan yang ada didalam kedelai itu sendiri, maupun efek samping dari mengkonsumsi kedelai. Masyarakat bisa memproduksi tempe dengan secara alamiah, tidak perlu dirangsang apapun.

“Nah dengan adanya hal ini sebenarnya seharusnya produk-produk tempe dalam negeri itu yang perlu ditingkatkan peranannya, sehingga dengan demikian bisa meningkatkan konsumsi buat masyarakat. Produk dalam negeri yang dikonsumsi oleh masyarakat, tentu lebih safety kalau bersifat alamiah, daripada harus dipicu dengan kecepatan-kecepatan tertentu. Lebih baik mengkonsumsi tempe yang
kedelainya sebagai bahan baku dari dalam negeri sendiri, vitamin maupun kandungan proteinnya sangat bagus untuk kesehatan,” lanjut politisi partai Gerindra tersebut.

dr Beny menghimbau kepada teman-teman peneliti untuk menindaklanjuti informasi ini, apakah benar atau tidak bahwa kedelai impor dari Amerika Serikat mengandung GMO yang memicu terjadinya kanker serviks.

“Jadi sementara melakukan penelitian kan butuh waktu, menurut kami sebagai tenaga medis, lebih safety sebenarnya pakailah produk kedelai dalam negeri yang dibuatnya secara alamiah. Tanpa harus melakukan suatu rangsangan tertentu, yang malah menyebabkan penyakit yang merugikan masyarakat,” pungkasnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait