Densus 88 Ajari Warga Banyuwangi Hadapi Paham Radikal

  • Whatsapp

BANYUWANGI Beritalima.com – Penganut paham radikalisme tidak menganut toleransi. Jangankan terhadap pemeluk agama lain, terhadap sesama muslim yang beda aliran saja juga tidak bersikap toleran. Kepala Unit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Djoni Djuana SIK menegaskan itu di hadapan para tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah dan unsur TNI Bumi Minak Jinggo.

“Ciri paham radikal itu ada empat, salah satunya intoleran. Kelompok yang tidak sepaham biasanya dibilang kafir,” ujarnya saat menjadi pemateri dalam ajang ajang sosialisasi pencegahan paham radikalisme di Gedung Dhira Brata Mapolres Banyuwangi, Selasa (31/1/2017).

Tiga ciri lainnya, penganut radikalisme sangat fanatik terhadap madhab tertentu. Golongan ini juga lebih suka melakukan peribadatan sendiri bersama kelompoknya. Sangat jarang pengikut paham radikal mau menjalankan ibadah dengan aliran lain meskipun sesama Islam. Mereka juga sangat menghendaki perubahan dalam bentuk revolusi.

“Keyakinan terhadap kelompoknya sangat kuat. Fanatik yang berlebihan ini sangat berbahaya,” tegasnya melanjutkan.

Hasil riset sepanjang tahun 2012, motif teror yang dijalankan pengikut paham radikal 45,5 persen dilandasi ideologi agama. Kasus ini bisa dilihat di Timur Tengah yang berkembang paham ISIS yang belakangan diikuti segelintir warga Indonesia. Sementara 20 persen lagi dipicu solidaritas komunal.

“Ada juga yang dilatar belakangi balas dendam dan separatisme. Aksi teror balas dendam beberapa kasus pernah terjadi di daratan Eropa,” urai perwira yang sudah lima tahun bergabung dengan Densus 88.

Sebelum kalangan radikalis meluncurkan teror yang disebut dengan aksi jihad, biasanya mereka mendapat doktrin tertentu. Penanaman doktrin yang intensif kemudian memunculkan aksi teror yang banyak merugikan umat lain.

“Orang yang diberi doktrin tentu saja sudah masuk dalam kelompoknya. Fase ini diawali dari pra radikalisme dan identifikasi diri,” terang AKBP Djoni Djuana.

Sebagai anggota polisi yang sudah lama mempelajari paham radikal, dirinya meminta para tokoh di Banyuwangi bisa membentengi wilayahnya dari pengaruh ini. Apabila intoleransi sudah berkembang bisa menyulut terjadinya perpecahan dan gesekan antar warga.

Ancaman pengaruh itu disadari Kasatbimas Polres Banyuwangi AKP Imron. Karena itu para tokoh Tanah Gandrung diajak belajar mengenali ajaran paham radikal termasuk kenapa warga bisa terpengaruh dan menjadi pengikutnya.

“Sengaja kami menghadirkan Densus 88 untuk memberikan wawasan mengenai ajaran radikal. Sejauh ini Banyuwangi kondusif dari pengaruh tersebut. Situasi yang aman ini harus dijaga dengan cara membekali para tokoh mengenai cara penanggulangan paham radikalisme,” urainya.(*/abi)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *