Festival Naskah Nusantara Syarif Bando : Harus Diaktualisasi

  • Whatsapp
Jpeg

JAKARTA, beritalima.com – Festival Naskah Nusantara, rutin tiap tahun dilaksanakan, di Gedung Perpustakaan RI. Kali yang keempat tahun 2018 ini, Festival Naskah Nusantara dilaksanakan selama 5 hari sejak 16 – 21 September 2018 dengan menampilkan Lokakarya, Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara, Pameran Naskah Nusantara, Bazar Buku, Baza Makanan, Lomba Selfie, Hiburan (Penampilan Musik), dan Pemutaran Film.

Hadir pada kesempatan itu, Wardiman Djojonegoro Mantan Mendikbud, Munawar Holil Ketua Manassar. Namun pada seminar nasional sesi Idengan tema Menuju Revolusi Mental Nilai – Nilai Karakter dalam Naskah Nusantara, dihadiri oleh Arie Budhiman, Pakar Pendidikan Arief Rachman, Pakar Kenegaraan dan Cendikiawan Muda Yudi Latief, dan Yulianeta.

Lebih lanjut dalam hal ini dijelaskan Opi Suryani Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Nasional menyatakan bahwa Festival Naskah Nusantara ini ingin memperkenalkan koleksi naskah kuno dan menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini dan masa yang akan datang.

“Kita mengenalkan kepada masyarakat bahwa naskah kuno yang kita miliki ini adalah peninggalan nenek moyang yang sangat berharga. Baik soal pengobatan maupun tentang karakter budaya bangsa Indonesia,” tandasnya, di Ruang Auditorium Soekarman, Perpusnas RI

Terkait perpustakaan yang ada di seluruh Indonesia, yang terkesan masih banyak kurang penataan. Syarif Bando Kepala Perpustakaan Nasional RI menjelaskan bahwa umur perpustakaan secara kelembagaan sudah 11 tahun sejak di undang – undangkannya nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Ia pun menjelaskan bahwa perpustakaan secara de facto diurus oleh dinas sejak UU No.23/2014 ketika perpustakaan ditetapkan sebagai urusan wajib mendasar.

“Jadi PP 18/2016, perpustakaan baru dua tahun baru didirikan Perpuatakaan Provinsi, Perpustakaan Kabupaten/Kota. Sampai saat ini pelayanan perpustakaan tidak dikenakan biaya,” tandas Kapuanas, Senin (17/9/2018) kepada beritalima.com.

Hal lain dalam sambutan Kepusnas, Syarif Bando terhadap apresiasi daya upaya teman – teman. Dan mengharapkan dalam Festival Naskah Nusantara ke IV ini dapat mendeskripsikan Festival Naskah Nusantara yang kedua dan ketiga. Ia pun menyayangkan bila dalam manuskrip naskah nusantara tidak dipublikasikan kepada media baik media massa maupun media sosial, karena naskah – naskah yang sudah berusia 2000 tahun, Perpustakaan Nasional ini dapat mengangkat naskah lama. Dan ini menurutnya harus diaktualisasikan kepada masyarakat dan tidak menginginkan seperti katak dalam tempurung.

Festival Naskah Nusantara ke IV ini menampilkan Pustaka Laklak menggunakan aksara Batak yang bahannya dibuat dari Kulit Kayu Alim, Maulid Nabi menggunakan Aksara Bugis dengan media kertas, Koleksi Syang Hyang Hayu bertulisan Aksara Jawa Kuno yang bahannya dibuat dari Daun Gebang, Koleksi Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab dengan media kertas Eropa, Surek Baweng, Bab Sinjang, Gurindam, Undang-Undang Kedah, Kawih Panyeukeun, dan Koleksi Kutika dari Nugis dengan menggunakan kertas Eropa.

Hal lain ditambahkan Sri Sumenak, Sekretaris Khusus Perpustakaan Nasional bahwa dalam Festival Naskah Nusantata IV tahun 2018 ini, akan memberikan penghargaan kepada orang yang melakukan perawatan pada penyimpanan buku kuno yang ada di Indonesia, diantara Perpuatakaan yang ada di Aceh, Perpuatakaan Keraton Yogyakarta, Perpuatakaan Pakualam, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *