Lereng Wilis Menjadi Lahan Yang Menggiurkan Dengan Tanaman Durian

  • Whatsapp

KEDIRI, beritalima.com – Beragam potensi desa, secara sengaja diorbitkan Kodim 0809/Kediri bersama Dinas Pertanian Kabupaten Kediri dan Pemerintah Desa Blimbing, terkait TMMD yang berlangsung di Desa Blimbing dan Jugo, Kecamatan Mojo. senin (22/10/2018)

Sebagaimana dituturkan Kaur Pemerintahan, Suyud, tanaman perkebunan di Kecamatan Mojo, khususnya di Desa Blimbing, ada yang membudidayakan tanaman durian. Tanaman ini beragam karakter, ada yang warnanya hijau, ada yang kuning dan ada yang semu kecoklatan.

Untuk daerah sekitar Desa Blimbing ini, hasil buah duriannya berstatus musiman atau hanya bisa dipetik setiap setahun sekali. Situasional musim panen di Desa Blimbing, terbagi dua, yang dibawah atau masih berada diareal lereng Gunung Wilis, tergantung sistem pengairan. Sedangkan yang diatas atau dekat sekali dengan puncak Gunung Wilis, tergantung dari curah hujan.

Panen durian, di desa ini ada dua masa, untuk daerah disisi barat desa, rata-rata panen terjadi saat musim hujan, dan di sisi timur desa, panen terjadi saat pra musim hujan. Ini bisa terjadi karena geografis desa yang terbagi dua, yang satu berada di lereng dan dan satunya di puncak Gunung Wilis.

Rasa durian, menurut Suyut, varietas durian disini sudah sangat terkenal dan berulangkali tampil dalam festival durian yang rutin tiap tahun diselenggarakan di Kecamatan Kandangan. Prestasi, varietas lokal durian di Desa Blimbing sukses menjadi yang terbaik alias juara pertama se-Kabupaten Kediri pada tahun 2017 lalu.

Penilaian, tim dewan juri mengacu pada warna durian, baik kulit maupun buahnya, kadar alkohol dalam durian dan rasa buah. Sistem penilaian ini sudah umum dilakukan pada event-event sejenis.

Penjualan yang umum dilakukan petani disini, pembeli tidak perlu menunggu dari pihak ketiga, tetapi bisa langsung bernegosiasi langsung. Biasanya pembeli membeli secara berkelompok. Pembelian, dilakukan sistem borong pohon dan sistem ini tidak bisa sama satu sama lain, karena tergantung banyaknya buah yang menggantung dalam satu pohon.

Suyut mengungkapkan, dalam sistem borong pohon, petani bisa meraup rupiah hingga Rp 1 juta per pohon, tetapi ini sangat jarang alias tidak semuanya bisa menembus angka rupiah ini. Tetapi ia mengakui, bahwa ada juga yang bisa meraup nominal Rp 1,5 juta hingga 2 juta, namun ini sangat langka dan jarang terjadi dalam negosiasi yang tergantung matematika antara pohon dengan jumlah pohon. (dodik)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *