Paksa Buka Sekolah di Tengah Pandemi Jadi Pertaruhan Keselamatan Generasi Penerus Bangsa

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Tim Covid-19 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Netty Prasetiyani Heryawan menilai wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi wabah virus Corona (Covid-19) sebagai ketergesaan yang berbahaya.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI membidangi Kesehatan dan Tenaga Kerja ini, jika Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaksakan pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19, bakal menjadi pertaruhan besar terhadap keselamatan generasi penerus bangsa Indonesia pada masa depan.

Pembukaan sekolah di saat pandemi, ini sama saja artinya dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa. Kita tahu, hingga kini transmisi Covid-19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi, dan kurvanya juga masih belum melandai. ‘Saya keberatan jika anak-anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan pemerintah. Atas nama kecintaan, kepedulian serta keberpihakan terhadap masa depan generasi bangsa, saya meminta Pemerintah menunda kebijakan tesebut,” kata Netty dalam keterangan tertulis yang diterima awak media akhir pekan ini.

Kekhawatiran Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Kesejahteraan ini wajar mengingat penularan Covid-19 kepada anak-anak Indonesia tergolong cukup tinggi. Sebagaimana keterangan resmi yang disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 18 Mei 2020, tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, jumlah anak yang meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 ada 129 orang dari 3.324 anak PDP tersebut. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menyampaikan, hingga 28 Mei 2020, total anak-anak yang terpapar Covid-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke pemerintah.

“Kasus kematian anak Indonesia karena Covid-19 paling tinggi se-Asia. Jika tidak menyiapkan seluruh faktor pendukungnya, maka sekolah dapat menjadi mata rantai baru penularan Covid-19. Kita perlu pikirkan bagaimana cara anak berangkat ke sekolah, bagaimana anak berinteraksi dengan sesamanya dan para guru, bagaimana faktor kebersihan sarana dan prasarana sekolah, bagaimana mengatur rasio jumlah siswa per kelas,” demikian Netty Prasetiyani Heryawan. Ketua Tim Covid-19 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Netty Prasetiyani Heryawan menilai wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi wabah virus Corona (Covid-19) sebagai ketergesaan yang berbahaya.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI membidangi Kesehatan dan Tenaga Kerja ini, jika Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaksakan pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19, bakal menjadi pertaruhan besar terhadap keselamatan generasi penerus bangsa Indonesia pada masa depan.

Pembukaan sekolah di saat pandemi, ini sama saja artinya dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa. Kita tahu, hingga kini transmisi Covid-19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi, dan kurvanya juga masih belum melandai. ‘Saya keberatan jika anak-anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan pemerintah. Atas nama kecintaan, kepedulian serta keberpihakan terhadap masa depan generasi bangsa, saya meminta Pemerintah menunda kebijakan tesebut,” kata Netty dalam keterangan tertulis yang diterima awak media akhir pekan ini.

Kekhawatiran Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Kesejahteraan ini wajar mengingat penularan Covid-19 kepada anak-anak Indonesia tergolong cukup tinggi. Sebagaimana keterangan resmi yang disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 18 Mei 2020, tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, jumlah anak yang meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 ada 129 orang dari 3.324 anak PDP tersebut. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menyampaikan, hingga 28 Mei 2020, total anak-anak yang terpapar Covid-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke pemerintah.

“Kasus kematian anak Indonesia karena Covid-19 paling tinggi se-Asia. Jika tidak menyiapkan seluruh faktor pendukungnya, maka sekolah dapat menjadi mata rantai baru penularan Covid-19. Kita perlu pikirkan bagaimana cara anak berangkat ke sekolah, bagaimana anak berinteraksi dengan sesamanya dan para guru, bagaimana faktor kebersihan sarana dan prasarana sekolah, bagaimana mengatur rasio jumlah siswa per kelas,” demikian Netty Prasetiyani Heryawan. Ketua Tim Covid-19 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Netty Prasetiyani Heryawan menilai wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi wabah virus Corona (Covid-19) sebagai ketergesaan yang berbahaya.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI membidangi Kesehatan dan Tenaga Kerja ini, jika Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaksakan pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19, bakal menjadi pertaruhan besar terhadap keselamatan generasi penerus bangsa Indonesia pada masa depan.

Pembukaan sekolah di saat pandemi, ini sama saja artinya dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa. Kita tahu, hingga kini transmisi Covid-19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi, dan kurvanya juga masih belum melandai. ‘Saya keberatan jika anak-anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan pemerintah. Atas nama kecintaan, kepedulian serta keberpihakan terhadap masa depan generasi bangsa, saya meminta Pemerintah menunda kebijakan tesebut,” kata Netty dalam keterangan tertulis yang diterima awak media akhir pekan ini.

Kekhawatiran Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Kesejahteraan ini wajar mengingat penularan Covid-19 kepada anak-anak Indonesia tergolong cukup tinggi. Sebagaimana keterangan resmi yang disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 18 Mei 2020, tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, jumlah anak yang meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 ada 129 orang dari 3.324 anak PDP tersebut. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menyampaikan, hingga 28 Mei 2020, total anak-anak yang terpapar Covid-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke pemerintah.

“Kasus kematian anak Indonesia karena Covid-19 paling tinggi se-Asia. Jika tidak menyiapkan seluruh faktor pendukungnya, maka sekolah dapat menjadi mata rantai baru penularan Covid-19. Kita perlu pikirkan bagaimana cara anak berangkat ke sekolah, bagaimana anak berinteraksi dengan sesamanya dan para guru, bagaimana faktor kebersihan sarana dan prasarana sekolah, bagaimana mengatur rasio jumlah siswa per kelas,” demikian Netty Prasetiyani Heryawan. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait