Pandemi Covid -19 dan Kepedulian Tenaga Sosial

  • Whatsapp

PANDEMI, Hampir dua tahun kemunculan pandemi Covid-19 telah berdampak pada kerugian yang tidak sedikit, baik secara material maupun non material. Selain itu berdampak juga pada kesehatan fisik, pandemi Covid-19 juga mempengaruhi kesehatan mental yang dipicu oleh berbagai faktor.

Ketakutan dan kepanikan terhadap besarnya potensi penularan Covid-19, transparansi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang membuat masyarakat merasa aman, Isolasi dalam karantina yang membatasi interaksi sosial masyarakat secara langsung, terbatasnya alat dan tenaga medis, serta informasi tentang Covid-19 simpang siur yang diterima di masyarakat.

Di masa pandemi saat ini, Pekerja Sosial tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan satu tujuan yang sama yakni memberikan dukungan psikososial bagi masyarakat terdampak Covid-19. Nurjanah pekerja sosial senior Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekes) Ternate dan Dina, pekerja sosial yang mengabdi sebagai relawan di Rumah Sakit Chasan Boesoery Ternate, Maluku Utara. Keduanya mengaku bangga sekaligus tertantang saat ditugaskan di rumah sakit khusus penanganan Covid-19 bersama Pekerja Sosial lainnya.

“Ada motivasi tersendiri saat mendaftarkan diri sebagai relawan. Mulanya diluar ekspektasi namun ketika sudah bergabung, saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman luar biasa yang mungkin tidak bisa didapatkan oleh orang lain,” tutur Dina.

Di awal penugasan, Nurjanah dan Dina hanya melakukan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) terhadap tenaga medis dan non medis. Namun seiring berjalannya waktu, LDP juga dirasa perlu diberikan kepada pasien kelompok rentan (anak-anak, remaja dan lansia), keluarga pasien dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien.

Berkolaborasi dengan Tim Psikolog dan Keperawatan, Pekerja Sosial melakukan berbagai kegiatan terprogram dan terstrukur guna meringankan beban psikososial akibat pandemi Covid-19, antara lain visitasi (sharing session), rekreasional (fun games), dan relaksasi (self-healing).

“Kegiatan-kegiatan tersebut berfungsi sebagai ruang komunikasi untuk menyampaikan segala keluh kesah sekaligus sarana hiburan karena tenaga medis dan non medis serta pasien mungkin merasa jenuh dan Stress selama bekerja maupun menjalani karantina,” terang Nur sapa akrab Nurjanah.

Setelah dinyatakan negatif Covid-19, warga yang pernah tertular kerap mengalami kecemasan untuk kembali ke tempat tinggal mereka. Mereka merasa dirinya dan keluarganya tidak akan diterima oleh lingkungan di sekitar tempat tinggal akibat stigma sosial yang melekat sebagai penyintas Covid-19.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pekerja Sosial akan merujuk penyintas Covid-19 sembari melakukan pendampingan psikososial dan asesmen bagi penyintas dan keluarganya.

Selain itu, Pekerja Sosial bekerja sama dengan dinas sosial dalam memberikan edukasi kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien yang mengalami penolakan serta menyalurkan bantuan kepada keluarga pasien yang mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan dasar.

“Setelah dilakukan asesmen melalui telepon, rata-rata penyintas meras terbantu  karena mereka tidak lagi merasa ragu untuk kembali ke rumah,” kata Nur.

Miliki jiwa kepedulian terhadap sesama karena dengan “Kepedulian menjadi salah satu bukti bahwa semua orang memiliki sisi baiknya” (rdy)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait