Usai Idul Fitri, “Cerewet” Berlanjut

  • Whatsapp

Laporan Shalat Ied Fitri dari Markas Satgas Covid 19

Tahun lalu sholat di kantor. Tahun ini, idem. “Tidak ada yang pulang. Kita takbiran di kantor, besoknya sholat Ied di lantai 15. Tolong atur, batasi jamaah,” ujar Egy Massadiah TA BNPB menirukan kalimat Kepala BNPB/Ketua Satgas Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo saat berbuka puasa terakhir, kemarin (12/5/2021). Pesan ditujukan kepada tim kerja lantai 10, Graha BNPB tempat Doni berkantor.

Secara protokol, relatif bukan hal baru. Sebab, kegiatan yang sama pernah dilakukan Lebaran tahun lalu. Ya, hari ini adalah sholat Ied di kantor yang kedua dalam suasana pandemi.

Alhasil, Kamis (13/5/2021), sekitar 20-an orang melakukan sholat Ied di lantai 15, termasuk Sestama BNPB Lilik Kurniawan, Karo Hukum Zaherman, Karo Umum Andi Eviana, Kolonel Czi Budi Irawan dan Kolonel Arh Hasyim Lalhakin. Bertindak sebagai imam dan khatib, Ust. Prof. Dr. Muslihun Ihsan, MM.

Auditorium Sutopo Purwo Nugroho yang berkapasitas 500 orang, lengang dengan jumlah jamaah yang 20-an. Toh, peserta sholat Ied tampak khusuk, meski bisa jadi, ada yang terasa kurang karena ketidakhadiran anggota keluarga bersama mereka. “Tahun lalu kami malah hanya sepuluh orang,” kenang Egy yang juga seorang jurnalis.

Lamat-lamat, gema takbir, tasbih, tahmid dan tahlil berkumandang mengisi ruang auditorium. Kurang lebih pukul 06.00 WIB, persiapan sholat Ied pun dilakukan. Usai sholat ied, khatib berkhotbah. Khatib berdiri di atas mimbar yang telah dipasangi dinding aklirik tembus pandang, demi menjaga droplet saat khutbah. Materi yang disampaikan seputar hakikat Idul Fitri dikaitkan dengan momentum pandemi.

Tidak lama khutbah berakhir, ditutup dengan doa. Jika waktu harus dihitung, maka prosesi sholat Idul Fitri di kantor BNPB tak lebih dari 25 menit. Lagi-lagi, pendek dan singkatnya waktu tadi merupakan bagian dari protkes, yakni tidak lama-lama berkumpul.

Menu “wajib” Lebaran, ayam-opor telah terhidang di ruang Multy Media, lantai 10, ditambah lauk rendang spesial kiriman mantan Sestama BNPB, Harmensyah. Rombongan jamaah sholat Ied yang sedikit itu pun makan bersama, setelah sebelumnya saling bermaaf-maafan jarak-jauh (tidak saling bersalaman).

Jika Anda berpikir, usai makan bubar, keliru. Sebab, Doni Monardo melanjutkannya dengan kerja lagi. Kali ini ia melakukan pantauan dan menerima laporan, utamanya di daerah-daerah yang berpotensi terjadi lonjakan kasus, berdasar tren yang dihimpun tim data Satgas Covid-19.

“Perketat lalu-lintas manusia di penyeberangan Bakauheni – Merak. Sekalipun sudah mengantongi surat swab, harus dicek lagi secara cermat dan seksama. Tidak ada pengecualian. Jika positif, langsung dikarantina,” instruksi terbaru Doni Monardo, sesaat usai sholat.

Setelah itu, Doni pun menghubungi anggota Satgas di berbagai daerah untuk tidak lengah, tidak mengendorkan pengawasan dan pengendalian pergerakan manusia. Angan-angan usai sholat langsung cus pulang ke rumah, pupus, karena harus kembali tenggelam dalam rapat koordinasi terbatas di lantai 10.

Toh semua memakluminya, karena justru hari-hari ini merupakan hari-hari krusial. Penentu naik-tidaknya grafik paparan Covid-19. Bahwa diprediksi angka paparan Covid-19 naik pasca Idul Fitri, itu sebuah keniscayaan. Tetapi, tetap harus dilakukan segala upaya untuk bisa menekan angka lonjakan.

Doni mengarahkan anggota Satgas Covid-19 di berbagai daerah, untuk tidak segan-segan menerapkan lockdown skala mikro. Ia kembali mencontohkan lockdown mikro yang dilakukan oleh seorang tokoh masyarakat bernama Ali, di Jambi.

Arahan Doni, jika satu RT/RW ada lebih dari lima orang atau sejumlah rumah yang isinya terpapar covid, segera lakukan lockdown di RT/RW. Semua pihak harus segera mengawasi, mendukung, dan memastikan lockdown berlangsung tertib dan baik. Termasuk jaminan pasokan logistik.

Kata kunci mengendalikan Covid-19, tidak berubah: patuhi protokol kesehatan. Baik di musim libur atau di hari biasa, baik di rumah maupun di tempat ibadah, baik di tempat kerja ataupun di tempat wisata. Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci tangan dengan sabun.

“Kita memang harus terus cerewet. Sekali lagi, tidak masalah kita dianggap cerewet, karena tujuan kita adalah agar korban corona tidak berderet-deret,” tegas mantan Danjen Kopassus itu. (*)

beritalima.com

Pos terkait