Diduga Tercemar Limbah Pabrik Dibuang ke Laut, Pria Ini Berani Buka Bukaan

  • Whatsapp

BANYUWANGI, beritalima.com – Saluran limbah yang berasal dari pabrik atau perusahaan pengalengan dan penepungan ikan di wilayah Kecamatan Muncar, Banyuwangi yang diduga dibuang ke laut berakibat ekosistem biota laut di perairan setempat berdampak rusak dan tercemar.

“Jadi disini tidak hanya dibuang ke laut saja, tetapi ada juga saluran drainase pabrik itu dilewatkan atau ditransitkan pada sungai pula,” kata Asmuni, seorang nelayan kepada wartawan, Rabu, (31/3/2021).

Bacaan Lainnya

Asmuni yang juga sebagai Ketua Kelompok Nelayan Jala Buang ini juga menyesalkan terhadap Pemerintah atas ketidak transparannya kepada warga masyarakat yang mencari nafkah hasil laut ini. Bahkan, kejadian yang sudah bertahun-tahun lamanya tersebut serasa dibiarkan.

“Pemerintah tutup mata, laporan ini menjadi labuhnya orang Muncar sendiri dan tidak ada respon sampai sekarang, coba lihat dan turun saja di lapangan,” tegas Asmuni.

Kemudian, masih Asmuni, pihaknya juga membeberkan pabrik-pabrik yang diduga membuang limbah melalui saluran menuju ke laut maupun ke sungai.

” Diantaranya ada PT. Kama Pris, Sumber Asia, Pasifik Harvest, Hongkong, Blambangan Raya. Selanjutnya, PT Sari Laut, Sumberyala, Sareefid, Maya Muncar, PT. NP 1, Fising, dan PT. NP 2. Semuanya berada di wilayah Kecamatan Muncar.”bebernya.

“Jadi perusahaan itu diduga tidak transparan, mereka punya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah, red) atau tidak dalam pengelolaan limbahnya. Kalaupun sudah ada IPAL kan otomatis punya syarat. Disini indikasinya tidak punya IPAL, dan sebelum ada IPAL pasti ada AMDAL (Analisis dampak lingkungan, red),” tegas Asmuni saat ditemui wartawan di Pelabuhan Muncar.

Sekedar diketahui, Muncar merupakan daerah penghasil ikan terbesar kedua di Indonesia. Asmuni menyesalkan atas limbah yang dibuang ke laut ini, dampak yang lebih signifikan adalah pendapatan ikan berkurang derastis.

Biasanya, lanjut Asmuni, para nelayan kecil hanya mencari disekitaran pesisir saja, kini harus menempuh jarak diatas lima mil dari bibir laut untuk mendapatkan hasil laut.

“Perbandingan itu sebelum dan sesudah ada pabrik lebih dari 50 persen selisihanya,” cetusnya.

Namun sayangnya, Pihak perusahaan yang di sebut sebut tersebut masih belum dapat dikonfirmasi. (bi)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait