Gemas Mencegah Pelajar Korban Laka

  • Whatsapp

BANYUWANGI, beritalima.com – Angka kecelakaan lalulintas yang melibatkan kalangan pelajar di Banyuwangi ternyata masih memperihatinkan. Pada semester satu 2017, Unit Laka Lantas Satlantas Polres Banyuwangi mencatat rata-rata dua nyawa pelajar melayang di jalanan perbulan.

“Angka riilnya sampai Juni 2017 ada 16 korban meninggal dunia. Itu belum termasuk korban luka berat sebanyak 2 orang dan luka ringan 105 jiwa. Data ini dari kalangan pelajar SD-SMA yang usianya masih di bawah umur dan belum berhak mengantongi SIM,” terang Kasatlantas AKP Ris Andrian Yudho Nugroho SIK, Jumat (28/7/2017).

Catatan ini, tambah Kasatlantas, melandasi Korps Sabuk Putih di wilayah Polres Banyuwangi terus melakukan langkah antisipasi. Inovasi yang dilakukan salah satunya menggulirkan Gerakan Mancal ke Sekolah (Gemas) bersama pelajar SMPN I Banyuwangi yang digelar Jumat pagi. Tujuannya memberi penyadaran kepada pelajar, orang tua dan siswa demi menghindari kecelakaan di jalan raya.

“Lebih baik ke sekolah naik sepeda onthel daripada sepeda motor. Apabila orang tua yang dengan alasan tidak bisa mengantar jangan membiarkan anaknya pergi ke sekolah naik sepeda motor sendiri. Lebih baik naik sepeda onthel atau diantar,” tegasnya kepada para wartawan sebelum Gemas dibuka.

Sepanjang Operasi Ramadniya 2017 lalu, sebetulnya jumlah angka kecelakaan lalulintas relatif kecil. Dibanding tahun 2016, peristiwa kecelakaan lalulintas tahun ini turun 8 kasus dengan jumlah 25 kejadian. Sementara tahun lalu angkanya mencapai 33 kasus.

Jika angka kasusnya relatif turun, jumlah korban meninggal dunianya seimbang dengan angka 10 orang. Untuk korban luka berat nihil dan luka ringan 31 orang. Sementara data tahun lalu jumlah korban luka berat sebanyak 29 orang serta luka ringan 19 pengendara.

“Tiga puluh persen kasus kecelakaan lalulintas melibatkan anak-anak kalangan SMP. Inikan sebuah kekhawatiran dari kita, semoga tidak bertambah. Gemas ini digulirkan untuk memacu kesadaran dari adik-adik pelajar maupun orang tua,” ujarnya.

Ketika pelajar sudah melaju di jalan raya mengendarai sepeda motor sendirian sulit untuk dicegah. Aparat kepolisian pun tak mungkin melarang. Satu-satunya jalan yang diambil adalah melakukan tindakan dengan merazia, lalu memanggil orang tuanya. Makanya Satlantas menelurkan program Gemas untuk menekan angka korban lakalantas dari kalangan pelajar.

“Kalau keluarga proaktif memberitahu anak-anaknya agar tidak mengendarai kendaraan bermotor sebelum mengantongi SIM bakal jauh lebih efektif,” sambung AKP Ris Andrian.

Kepala Sekolah SMPN I Banyuwangi, Samsudin Ali, menyambut baik Gemas. Meskipun tidak diwajibkan tapi para siswa sudah mulai sadar untuk berangkat ke sekolah naik sepeda gayung. Setidaknya 40 persen dari jumlah muridnya yang naik sepeda ontel ke sekolah.

“Enam puluh persen diantar orang tua. Kita sudah memberitahu wali murid untuk menjemput anaknya pergi pulang apabila ke sekolah tidak naik sepeda gayung,” urainya.

Gemas di SMPN I Banyuwangi bakal disebarluaskan ke sekolah yang lain. Sebagai program pembuka, Kasatlantas AKP Ris Andrian Yudho Nugroho menyertakan Kanit Registrasi dan Identifikasi (KRI) Iptu Yudhi Anugrah Putra SIK, Kanitlaka Iptu Budi Hermawan, Kanit Dikyasa Iptu Datik, KBO Lantas Ipda Ardy dan Kanit Turjawali Ipda Topan Akbar serta sejumlah anggota Korps Sabuk Putih untuk mengayuh sepeda bersama pelajar SMP yang berada di utara kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi.(abi)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *