Jangan Biarkan Kebodohan Merajalela

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S. Kamri

Baru saja saya membuka postingan medsos seorang teman yang memuat kutipan Ibnu Rushd : “Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah sesuatu yang batil dengan kemasan agama”. Fenomena ini terjadi kemarin saat kaum Pendukung Prabowo melakukan konsolidasikan dalam kemasan acara bertajuk Reuni 212.

Secara konstitusional kegiatan mereka sah-sah saja karena merupakan hak mereka untuk berkumpul, menyatakan pendapat dan mendukung siapa saja. Hanya yang saya sayangkan mereka lagi-lagi BERBOHONG bahwa kegiatan mereka hanya kegiatan keagamaan semata. Kebohongan mereka sudah saya ulas dalam tulisan saya sebelumnya. Ini kebohongan yang melecehkan logika berpikir kaum waras.

Kebohongan mereka berikutnya adalah “mark-up” over dosis tentang jumlah kehadiran orang yang terperdaya. Mereka bilang 8 – 10 juta orang, padahal saya haqul yaqin hanya ratusan ribu orang. Kebohongan mereka kembali menistakan akal sehat dan nalar kita. Tapi saya memaklumi ini hanya sekedar strategi propaganda mereka kepada cukong pemberi dana.

Kebohongan-kebohongan mereka tidak saya pedulikan, karena memang kelompok mereka terbiasa melakukan itu. Hoax, ujaran kebencian dan fitnah memang sudah terlanjur mendarah daging di tubuh mereka, sehingga bagi mereka melakukan kebohongan sudah menjadi kebutuhan agar mereka bisa bertahan hidup.

Jujur yang paling saya khawatirkan adalah ternyata masih banyak orang Indonesia yang begitu bodoh sehingga mau dikibuli dan diperdaya oleh kelompok pemburu kekuasaan. Memang benar kata Ibnu Rushd, agama adalah alat yang paling jitu untuk menguasai kaum bodoh.

Saya berani mengatakan mereka kaum bodoh karena logika mereka seperti tersumbat. Mereka mengelu-elukan Prabowo Subianto sebagai calon pemimpin Indonesia yang Islami tapi Prabowo sendiri diragukan kadar dan kualitas keislamannya. Bahkan Prabowo menyebut asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW saja belepotan tidak karuan. Kalau dalam tahapan Pilpres ada agenda ujian membaca ayat-ayat Al Qur’an, saya haqul yaqin Prabowo akan nyungsep tidak karuan.

Hal lain kalau kita belajar jujur, apa sumbangsih Prabowo untuk perkembangan Islam di Indonesia ? ZERO !!! Menurut saya Prabowo hanya figur yang dipergunakan oleh para politikus Islam garis khilafah untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia. Setelah bisa berkuasa, mereka akan minta balas budi, sama seperti yang mereka lakukan kepada Gubernur DKI Jakarta saat ini.

Kembali kita bahas adanya fenomena masih banyaknya saudara kita yang terperdaya. Saya berharap kejadian tanggal 2 Desember kemarin tidak menjadi potret keadaan mayoritas masyarakat Indonesia. Kalau benar-benar terjadi ini suatu malapetaka dalam kehidupan kebangsaan kita. Karena ciri khas mereka adalah masyarakat intoleran dan menghamba pada sistem negara khilafah. Ini harus dicegah.

Kita tidak bisa menafikan atau sekedar mengejek mereka. Ini harus serius kita waspadai. Kita harus belajar dari Amerika Serikat. Saat semua orang di dunia begitu optimis bahwa Hillary Clinton pasti memenangkan kontestasi Pilpres AS. Karena lawannya adalah sosok anti tesis dari seorang pemimpin yang mumpuni. Donald Trump adalah sosok konyol, penjahat kelamin dan ‘looser’ yang hanya berbekal ujaran kebencian dan hal-hal remeh remeh. Nyatanya Donald Trump bisa menang. Ini harus kita cegah terjadi di Indonesia.

Seperti pernah disampaikan Romo Magnis Suseno, Pilpres bukan sekedar memilih orang baik, tapi yang utama adalah mencegah orang jahat berkuasa. Jangan sampai penyesalan orang Amerika menular ke Indonesia. Bagaimana caranya ?

Kaum Asal Bukan Prabowo harus bergerak ke bawah memberikan pencerahan kepada masyarakat di akar rumput. Logika beragama mereka harus diluruskan. Tim Pemenangan Jokowi harus bergerak cepat. Erick Thohir dkk harus segera merumuskan langkah-langkah komprehensif untuk melakukan aksi ke masyarakat akar rumput. Kalau perlu libatkan ahli agama, para psikolog sosial, pakar ekonomi kerakyatan dan para pakar di bidang sosiologi kemasyarakatan.

Salah satu outputnya adalah membuat masyarakat menjadi pintar. Pada saat mereka menjadi pintar, otomatis logika mereka akan jalan. Dan kalau logika mereka jalan sudah pasti mereka tidak akan memilih Prabowo. Kalau hal ini dilakukan secara cepat, kita masih punya waktu yang cukup sampai akhir Maret 2019 nanti.

Bagi para pendukung Jokowi, mohon kiranya tidak lagi membuat hinaan atau ledekan kepada mereka. Ledekan dan cacian kepada mereka tidak akan membuat mereka berubah menjadi pintar, yang terjadi kebodohan mereka akan semakin mengeras karena harga diri yang terhinakan. Tolong mari kita cerdas dalam mendukung Jokowi.

Saya hanya berharap kebodohan yang menimpa saudara-saudara kita tidak menjalar dan menjadi virus yang menular ke masyarakat yang lain. Ini bukan demi Jokowi, tapi demi masa depan Indonesia dan anak cucu kita. Yang paling penting kita mencegah sekuat tenaga KAUM JAHAT berkuasa di Indonesia.

Setuju kan ?

Salam SATU Indonesia
03122018

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *