Nia Kurnia Fauzi Ajak Masyarakat Tingkatkan Kepedulian Cegah Pernikahan Anak Usia Dini

  • Whatsapp
Nia Kurnia Fauzi pada Sosialisasi Pencegahan Perkawinan Anak di Hotel Utami Sumekar

SUMENEP, beritalima.com| Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Sumenep mengajak seluruh masyarakat termasuk semua para kader di jajarannya, agar berperan aktif melakukan sosialisasi dan edukasi dalam membantu pemerintah daerah untuk mengurangi perkawinan anak.

“Saya harapkan semua elemen di masyarakat untuk bersama-sama mendukung bermacam program penguatan advokasi pencegahan perkawinan anak, sebagai upaya mencegah tindakan perkawinan anak,” kata Nia Kurnia Fauzi pada Sosialisasi Pencegahan Perkawinan Anak (CEPAK), di Hotel Utami Sumekar, Selasa (20/09/2022).

Bacaan Lainnya

Pihaknya optimis manakala semua elemen di daerah membantu program pemerintah itu, karena berefek positif kepada kesadaran masyarakat untuk mencegah mengawinkan anaknya di luar batas minimal.

“Angka perkawinan anak bisa menurun jika masyarakat sadar bahwa batas minimal umur perkawinan bagi wanita, disamakan dengan batas minimal umur perkawinan bagi pria yaitu 19 tahun,” tuturnya.

Nia Kurnia Fauzi mengungkapkan, perkawinan anak di luar batas umur tentu saja mempunyai dampak negatif, di antaranya menjadi pemicu masalah kemiskinan, karena belum siap secara mental, ekonomi dan sosial.

Selain itu, masalah kesehatan terutama risiko kehamilan maupun persalinan pada anak begitu tinggi, bahwa lembaga dana kependudukan PBB United Nations Population Fund (UNFPA) menyebutkan, 70 ribu kematian remaja terjadi setiap tahun akibat komplikasi yang dialami semasa kehamilan, maupun persalinan.

“Persoalan lainnya adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pelaku pernikahan usia dini secara mental masih belum matang, karena masih anak-anak cara berfikir dan berperilaku juga masih kekanak-kanakan, sehingga memicu kekerasan dalam rumah tangga,” ungkap Nia Kurnia Fauzi.

Akibat dampak itu tidak jarang menjadi pemicu keributan dan kesalahpahaman yang menyebabkan keretakan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sehingga berdampak terhadap anak-anaknya di masa mendatang.

“Praktik seperti ini apabila tidak dilakukan pencegahan, bukan saja mengancam eksistensi personal, tetapi juga menjadi penyakit sosial. Jadi bersama-sama membangun kesadaran masyarakat untuk mencegah perkawinan anak sebelum usia 19 tahun,” pungkas Nia Kurnia Fauzi.
(Inf)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait