Perahu Retak Kubu Prabowo

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S. Kamri

Koalisi kardus itu akhirnya mulai bocor disana sini. Koalisi yang dibangun dengan penuh drama dan penuh ceceran uang mahar itu akhirnya mulai kempes saat angin realitas sepoi-sepoi menerpa. Ibaratnya sebuah perahu yang berlayar di tengah samudera yang tenang akhirnya retak dihantam gelombang kecil. Bukan karena gelombang besar atau ombak menggulung atau badai yang dahsyat tapi memang karena kondisi perahunya sendiri yang sejatinya tidak laik berlayar.

Soliditas koalisi ini memang tidak mempunyai fondasi yang kukuh. Indikasi awal dapat dilihat dari adem ayemnya Partai Demokrat dalam berjuang untuk memenangkan Prabowo. Belum lagi partai Demokrat Jawa Timur yang terlebih dulu membelot mendukung penuh Jokowi. Sedari awal Partai Demokrat memang terlihat setengah hati bergabung dalam koalisi kardus ini. Terlalu banyak drama yang terjadi sehingga terkesan hanya kawin paksa tanpa cinta.

Koalisi ini semakin terlihat rapuh saat beberapa batang utama dari pohon PAN mulai patah di tengah jalan. Selain diterpa banyaknya kader utama PAN yang tertangkap KPK, beberapa kepala daerah dari PAN sudah menunjukkan sikapnya untuk mendukung Jokowi. Bahkan beberapa hari lalu elite PAN Kalimantan Selatan dengan berani secara terbuka memisahkan diri dari induknya. Belum lagi pendiri PAN Abdillah Toha yang terlebih dulu menunjukkan keberpihakan kepada Jokowi.

Stigma partai yang subur menernakkan koruptor menjadikan PAN bukan lagi menjadi koalisi yang bisa diandalkan. Zulkifli Hasan dan Amien Rais saat ini hanyalah serdadu tua yang jalan terhuyung-huyung dan mulai ditinggalkan pendukungnya. Amien Rais sudah kehilangan wibawa dan pengaruhnya di Muhammadiyah. Sedangkan Zulkifli Hasan sudah kena stigma keluarga yang penuh nepotisme dan korup.

Belum reda koalisi yang ringkih, kemaren Gerindra terguncang lagi. Saat La Nyala Mattalitti mohon ampun ke Jokowi dengan pengakuan mengejutkan bahwa pada Pilpres 2014 lalu ternyata dia yang menghembuskan HOAX dan fitnah tentang Jokowi PKI dan turunan China di Jawa Timur. Dan untuk menebus dosanya, La Nyala bertekad akan memenangkan Jokowi di Madura khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Pengakuan dan tekad La Nyala Mattalitti ini merupakan pukulan telak ke muka bengep Prabowo dan wajah gembil Fadli Zon. Karena selama ini mereka mengelak Gerindra terlibat dalam penghembusan HOAX busuk itu. Kebenaran mana lagi yang hendak kau ingkari, Prabowo dan Zong ?

Prabowo memang sedang berdarah-darah. Di Jawa Barat dan Banten suara mereka dipastikan akan tergerus secara signifikan. Pengaruh kuat dari Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar menjadi penyebabnya. Ketiga tokoh ini telah kompak bersikap mendukung Jokowi. Sedangkan di Banten faktor KH Ma’ruf Amin punya andil kuat untuk menggerogoti suara tradisional Prabowo saat Pilpres 2014 lalu.

Untuk Jakarta, saya prediksi perolehan suara Prabowo juga akan merosot. Kekecewaan warga Jakarta yang bergulung- gulung terhadap performa kerja Anies Baswedan yang amburadul adalah faktor penyebabnya. Belum lagi kaum milenial Jakarta yang akan digarap total oleh Erick Thohir dan kawan-kawan.

Saat ini Prabowo dan kelompoknya dengan tenaga yang tersisa mencoba mengobok-obok kandang banteng di Jawa Tengah. Mungkin harapannya adalah sisa suara yang diterima Sudirman Said saat kalah di kontestasi Pilgub tahun kemarin. Tapi Prabowo lupa, bahwa suara yang diterima Sudirman Said saat Pilgub Jateng kemaren bukan semata-mata keringat dari Sudirman Said. Tapi ada andil besar dari keringat deras Ida Fauziah (PKB) mantan Cawagubnya kala itu. Dan sayangnya Ida Fauziah sendiri sedari awal sudah merapat erat di pelukan kubu Jokowi.

Di kubu Gerindra sendiri secara internal juga sedang dihembus kabar burung yang tidak sedap dengan retaknya keakraban antara Prabowo dan Sandiaga Uno. Konon ikhwalnya adalah kemarahan Prabowo dengan tidak komitnya Sandiaga dalam penyediaan dana kampanye seperti yang dijanjikan. Sehingga kubu Prabowo akhirnya dengan terpaksa harus ngemis-ngemis minta sumbangan uang receh dari pendukungnya dan kelompok pengusaha China pragmatis. Benarkah berita ini, entahlah.

Yang jelas, kini perahu retak itu tetap dipaksakan berlayar dengan kondisi perahu yang compang-camping dan awak kapal yang hampir kehabisan nafas. Harapan Prabowo hanya pada pasukan yang tersisa di Gerindra dan PKS. Dari pasukan PAN pun sudah tidak bisa lagi diharapkan.

Harapan di luar partai koalisi yang diharapkan Prabowo adalah dukungan dari pasukan ex HTI yang pro khilafah. Tapi inipun juga perjudian yang sangat besar bagi Prabowo. Memberikan peran terlalu besar pada kelompok PKS dan kelompok pro khilafah ibarat memelihara singa liar kelaparan, yang setiap saat siap menerkam dari belakang. Tapi tanpa dukungan mereka, Prabowo akan kehilangan suara yang signifikan. Prabowo terjerat dilema. Prabowo gundah resah. Hanya menunggu hitungan waktu untuk rebah.

Inilah kondisi realistis perahu retak yang tetap dipaksakan berlayar oleh kubu Prabowo. Kita tinggal bernyanyi saja :

??
Aku heran….aku heran
Perahu retak tetap dipaksakan

Aku heran…. aku heran
Badan lunglai sok digagah-gagahkan
??

Sudahlah Om, lempar handuk putih aja deh ?

Salam SATU Indonesia
12122018

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *