Berdalih Teraphy Kasek SDN Lowokwaru III Setrum Siswanya

  • Whatsapp

Malangkota, beritalimacom— SDN Lowokwaru III Kota Malang, Jawa Timur dihebohkan dengan salah seorang kepala sekolah yang diduga melakukan penganiayaan terhadap siswanya, dengan cara disetrum dengan dalih terapi, namun setelah disetrum keempat siswanya mengaku mengalami gangguan pada kesehatannya. 

Informasi yang diterima, bahwa para siswa yang duduk di bangku Kelas 6 yakni RA, MK, MZ dan MA baru selesai melaksanakan sholat Dhuha siswa siswa segera diminta untuk kembali ke kelas masing-masing.

“Namun kepala sekolah minta anak saya dan teman temannya tetap tinggal, setelah itu temannya disuruh memejamkan mata dan disuruh meditasi selama 10 menit,” kata Anita Salah satu orang tua korban, Rabu 03/03.

Setelah meditasi selesai, keempat siswa tersebut diminta untuk berdiri di atas papan yang dialiri oleh tegangan listrik. Ada dua papan yang dialiri tegangan listrik. Satu diminta untuk tempat berdiri siswa dan satu lagi untuk tempat berdiri kepala sekolah itu.

“Selama proses penyetruman berjalan, kepala sekolah memegang sebuah tespen untuk memastikan aliran listrik masuk ke dalam tubuh siswa itu. Tespennya ditaruh di dahi juga di telapak tangan. Menurut kepala sekolah, kalau nyala berarti banyak bohong kepada orang tua,” jelas Anita. 

Menurut RA, penyetruman tersebut tidak berlangsung lama, hanya sekitar tiga menit. Namun setelah itu, ia merasakan ngilu pada dahi dan tulang tangan kanannya. Setelah menjalani penyetruman tersebut, kini keempat siswa itu mengalami gangguan kesehatan yang berbeda – beda. Ada yang merasa pusing, lemas hingga mimisan. 

“Di rumah dia sempat mimisan. Tapi tidak mengaku,” terangnya. 

Sementara itu, Anita sendiri mengetahui peristiwa tersebut dari laporan teman-teman sekolah anaknya yang mengadu kepadanya saat ia menjemput anaknya di sekolah. 

“Awalnya saya tidak tahu kalau anak saya mengalami hal itu. Tahunya pas saya jemput. Ada anak menghampiri saya dan bilang begitu, kalau RA baru disetrum oleh kepala sekolah,” jelasnya. 

Tak mau terjadi dengan buah hatinya, Anita segera menginterogasi anaknya terkait kejadian penyetruman itu. 

“Kejadian itu disampaikan tanggal 27 April, sehari pasca kejadian. Kemudian anaknya saya tanya, tapi belum mau mengaku. Karena katanya diancam kepala sekolah mau ditempeleng. Berhubung di desak akhirnya mau mengaku juga. Setelah itu besoknya saya temui kepala sekolahnya,” ujarnya. 

Akhirnya, Anita bersama orang tua siswa lainnya yang juga mengalami hal serupa langsung mendatangi pihak sekolah pada Selasa (2/5). Kepada para orang tua siswa itu, pihak sekolah tidak menampik adanya penyetruman. 

Mereka mengaku melakukannya untuk tujuan terapi listrik, meskipun tindakan itu dilakukan tanpa menjelaskan tujuan yang sebenarnya. Apalagi berkirim surat pemberitahuan terlebih dahulu kepada orang tua siswa. Kini, pihak sekolah mengeluarkan pernyataan permintaan maafnya karena melakukan terapi itu tanpa sepengetahuan orang tua siswa yang bersangkutan. 

Dan pihak sekolah juga berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Pernyataan tertulis itu ditandatangani oleh Kepala SDN 3 Lowokwaru, Tjipto Yhuwono. 

“Pernyataan dikeluarkan oleh pihak sekolah dan bermaterai,” kata dia. 

Sementara itu, Kepala SDN Lowokwaru 3 Kota Malang, Tjipto Yhuwono enggan dikonfirmasi terkait terapi listrik itu. 

“Ngapunten mas, Besok saja ketemu. Sekarang saya masih ada acara,” kelit dia singkat. 

Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Lowokwaru, AKP Roichan mengaku pihaknya sejauh ini belum menerima laporan terkait dugaan penganiayaan tersebut.  Pihaknya juga mengaku harus hati-hati dalam mengusut kasus yang dilakukan guru terhadap siswanya. Sebab ada Undang-Undang yang mengaturnya. 

“Harus benar-benar dipastikan terlebih dahulu mas, benar atau tidak kejadian itu. Karena guru juga dilindungi oleh UU tentang dosen dan guru. Mungkin Polresta yang lebih paham,” jelasnya singkat.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Zubaidah terkait hal itu menjelaskan bahwa sudah memanggil Kepala sekolah SDN Lowokwaru 3 Kota Malang, Tjipto Yhuwowo.

“Terkait dengan dugaan menyentrum empat siswa kelas 6 SD, kami memang sudah memanggil keempat siswa, kepala sekolah dan orangtua,” katanya.

Kadisdik menegaskan berdasarkan laporannya bahwa hal itu dilakukan hanya untuk terapi kesehatan. Namun, itu masih harus diklarifikasi lagi lebih lanjut karena tidak ada koordinasi dengan Disdik.

“Kami belum tahu apa tujuan kepala sekolah yang menyetrum anak didiknya, karena ini masih tahap penyidikan,” tegasnya.

Bahkan saat ini, lanjut Zubaidah kasus ini masih menunggu proses klarifikasi dari yang bersangkutan, dan untuk alat yang digunakan pihaknya belum mengatahui, karena masih diteliti lebih lanjut. (Sn/sjp)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *