Perawat ODGJ, Menyuapi Malah Diludahi, Memandikan Malah Ditendang

  • Whatsapp

MADIUN, beritalima.com- Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) juga manusia. Sudah seharusnya mendapat perlakuan sama. Mulai tempat berteduh, makanan, hingga perawatan.

Seperti yang terlihat di UPTD Loka Bina Karya Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kota Madiun, Jawa Timur. Petugas dan relawan telaten merawat sejumlah ODGJ di sana. Harus kejar-kejaran hingga membersihkan kotoran merupakan hakm biasa yang dilakoni. Tujuannya sederhana, demi kemanusiaan.

‘’Namanya juga orang dengan gangguan jiwa. Ada saja ulah mereka selama di sini,’’ kata Kepala UPTD Loka Bina Karya Cucuk Sudarsono, Rabu 7 Maret 2018.

Cucuk beserta dua petugas lainnya sudah sibuk sedari pagi. Beruntung, terdapat sejumlah relawan dari komunitas Madiun Care yang turut membantu. Mereka bersama-sama merawat ODGJ yang ada di sana. Aktivitas dimulai sedari pagi. Memandikan merupakan kegiatan wajib. Hanya, kadang diantaranya mereka ogah karena dingin.

‘’Kadang mereka lari ke depan saat hendak mandi. Terpaksa harus mengejar,’’ ujarnya sembari menyebut ODGJ minimal mandi satu kali sehari.

Jika mandi pagi cukup sulit, Cucuk biasa menggantinya saat sore. Namun, kadang juga sulit. Memandikan, katanya, tidak hanya menyiramkan air. Namun, juga menyabun tubuhnya. Kebanyakan ODGJ juga tak bisa berpakaian. Lagi-lagi petugas dan relawan yang melakukan.

‘’Ya mau gimana lagi. Mereka tidak bisa diperintah. Jadi harus kami yang melakukan,’’ tambahnya.

Urusan mandi usai, urusan perut menanti. Lagi-lagi, beberapa dari ODGJ tidak dapat makan sendiri. Mereka harus disuapi. Menu juga berganti setiap hari agar tidak bosan. Jatah makan sama dengan orang normal. Tiga kali sehari.

‘’Itu aktivitas rutin setiap hari. Kegiatan bertambah di hari tertentu. Mulai olahraga hingga cukur rambut,’’ ungkapnya sembari menyebut ada juga kegiatan kerohanian dengan mengajak ODGJ beribadah.

Bima Primaga Yudha, Ketua Madiun Care, menyebut terdapat dua tipe orang dengan gangguan jiwa. Yakni, ODGJ itu sendiri dan orang dengan masalah kejiawaan (ODMK). ODGJ tergolong berat. Sedang, ODMK lebih ringan. Artinya, mereka masih dapat ditanyai. Itu penting untuk mengoreksi informasi yang bersangkutan.

‘’Prinsipnya mereka harus tertangani. Kalau identitas diketahui, setidaknya keluarga bisa ikut membantu,’’ ungkapnya.

Penanganan ODMK masih cukup mudah. Mereka dapat menjalankan instruksi. Seperti makan, mandi, hingga buang air. Sebaliknya, ODGJ susah-susah gampang. Mereka bertingkah seenaknya sendiri. Bahkan, kerap buang air di kamar. Pembersihannya jangan ditanya, tentu dilakukan petugas dan relawan.

‘’Makanya tidak ada tempat tidur. Hanya alas biasa dengan selimut agar pembersihan mudah,’’ ungkapnya.

Bima menyebut terdapat tujuh pasien yang ditangani saat ini. Namun, hanya empat diantaranya yang dapat diketahui identitas dan keluarganya. Upaya mendapatkan informasi juga tak mudah. Pendekatan dilakukan sejak kali dikirim petugas Satpol PP. Kebanyakan ODGJ memang hasil operasi Satpol PP.

‘’Harus dapat memahami mereka. Ada yang mau bicara setelah dikasih makan, ada yang setelah merokok, tapi ada juga yang cuma diam,’’ ujarnya sembari menyebut ada juga yang berontak hingga memukul dan meludai.

ODGJ dan ODMK tidak seterusnya berada di shelter Loka Bina Karya yang berada di Jalan Srindit tersebut. Shelter hanya penanganan sementara. Penanganan di rumah sakit jiwa menanti selanjutnya. Biasanya, di RSJ Lawang, Malang.

‘’Hari ini kami mengirim lima ODGJ ke sana (RSJ Lawang). Setelah dari sana, kembali lagi ke sini dan dipulangkan ke keluarga kalau dirasa sudah baik,’’ terangnya. (Diskominfo).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *