Suka atau Tidak Suka

  • Whatsapp

beritalima.com | Seorang pemimpin didalam memutuskan sesuatu hendaknya tidak memakai kacamata kuda, yang hanya melihat ke depan saja. Sebagaimana kita ketahui, bahwa di dalam kehidupan ini tidak selamanya berjalan dengan mulus, menemukan hal yang baik-baik saja. Mungkin saja sesuatu yang dulunya kita anggap jelek, setelah berjalannya waktu prasangka itu tidak benar. Jadi yang paling utama adalah bagaimana supaya ada solusinya.

Menjadi seorang peminpin itu harus peka terhadap lingkungan sekitar, dan berani mengambil resiko, memutuskan sesuatu yang tidak populis demi kebaikan rakyat. Jangan cuma berdasarkan pada pokokmen, suka atau tidak suka itu urusanmu.

Tantangan global kita lima tahun mendatang akan tambah berat. Maka daripada itu seorang pemimpin harus punya jiwa pemberani, tegas dan berjiwa besar. Supaya bisa menyelesaikan masalah dengan cepat, akurat dan bermanfaat bagi masyarakat.

Sudah seharusnya semua kebijakan yang akan diambil melalui proses telaah ilmiah dan pertimbangan yang matang, supaya meminimalisir dampak negatifnya. Baik itu dipandang dari manfaat dan resiko yang akan terjadi di kemudian hari. Sekali lagi semua harus sudah dipertimbangkan dengan matang, dan melalui proses yang benar. Sehingga hasilnyapun akan memberikan manfaat besar bagi negara dan kesehahteraan rakyat.

Sekaranglah saatnya kita berani mengambil pelajaran dari kebijakan pemimpin terdahulu yang tidak membawa dampak apa-apa. Yaitu kebijakan yang asal Bapak senang, kebijakan atas dasar suka atau tidak suka.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bahaya Narkoba hingga kini masih menjadi salah satu masalah besar di negara kita. Sayangnya edukasi atau informasi tentang bahaya Narkoba masih terbilang cekak. Sehingga banyak pelajar sekolah menengah atas, anak-anak muda yang terjerumus di dalam penyalah gunaan narkoba. Begitu juga dengan sanksi hukuman yang dijatuhkan kepada pengguna narkoba masih agak ringan.

Usulan kami, sudah saatnya kita merevisi UU Narkotika. Karena jika tidak ada aturan yang jelas mengensi sanksi bagi pengguna narkoba akan repot. Ambil contoh di negara tetangga kita Malaysia dan Singapura, yang sudah menerapkan sanksi tegas bagi pengedar narkoba dengan hukuman mati. Sanksi tersebut diberlakukan untuk memberi efek jera bagi pengguna dan untuk menyelamatkan generasi muda kita dari bahaya Narkotika.

Begitu juga dengan paham radikalisme agama yang semakin marak di negara Indinesia. Kita bisa melihat dengan mata telanjang di dalam kehudupan sehari-hari. Secara gamblang mereka menampakan diri di depan umum, bahkan ada beberapa PNS yang menganut paham radikalisme. Paham tersebut juga sudah merasuki anak didik kita, terutama di kalangan mahasiswa.

Dengan demikian kita menjadi prihatin jika paham radikalisme tersebut terus mengoyak sendi-sendi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka daripada itu seyampang masih belum terlambat, masih ada waktu, mari bentengi generasi muda kita dari bahaya Narkoba dan paham radikalisme.

Menurut hemat kami perlu diajarkan lagi mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah-sekolah dasar, dan sekolah lanjutan. Sehingga anak didik kita bisa memahami pluralisme, sopan santun dalam bermasyarakat, hidup rukun dan gotong royong. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkadung di dalam Pancasila adalah wajib hukumnya.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang menjadi tali perekat rakyat di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena Pancasila itu adalah norma, pandangan umum peradapan leluhur kita yang sudah tertanam sejak lama di dalam kandungan Ibu Pertiwi. Jadi tidak boleh ada lagi paham lain yang akan merusak tatanan, adat istiadat dan kesepakatan yang telah dibuat oleh pendahulu kita. Semua warga negara Indonesia harus tunduk dan patuh kepada Pancasila dan UUD 1945.

Jika ada orang luar yang mau ikut campur urusan di dalam negeri Indonesia. Atau ada warga negara yang mempunyai paham radikalisme agama dan mau merongrong kedaulatan NKRI maka harus kita lawan. TNI dan rakyat harus bersatu membulatkan tekad melawan paham radikalisme supaya tidak berkembang luas di tanah air. Negara harus hadir, dan pemerintah harus tegas didalam menanggulangi bahaya Narkotika dan paham radikalisme agama.

Semoga niat awal yang baik ini suka atau tidak suka akan menjadi kado yang terindah di HUT RI ke 74. Bagaimana pendapat Anda.

Surabaya, 14 Agustus 2019

Cak Deky
Sekjen DPW APKLI Jatim

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *